18 November 2010

" Heneng".."Hening".."Eling"..

" Heneng".."Hening".."Eling"..

Sebuah kalimat dari seorang kawan yang ditulis di wall facebook-ku..dan "I Like it..! aku suka kalimat itu.."

Jadi, apa menariknya kata-kata tersebut?

Pada dasarnya, setiap kita pasti mempunyai titik-titik dimana berada pada kondisi kejenuhan yang tinggi, dimana konsentrasi energi negatif lebih kuat dibanding energi positif. Pada saat itulah, kita membutuhkan pengisian energi kembali..
Mungkin teknik "pengosongan diri" bisa menjadi sebuah alternatif..

Berdiri tegak, posisikan telapak tangan menghadap ke bawah seolah sedang memegang sesuatu yang imaginer..tahan selama beberapa saat dengan enghirup nafas dalam-dalam.
Pelan-pelan ubah posisi telapak tangan dengan posisi menghadap ke atas..tahan beberapa saat dengan menghirup nafas dalam-dalam.
Terakhir, ubah posisi tangan dalam posisi saling berhadapan..tahan beberapa saat dan hirup nafas dalam-dalam..

Therapi termanjur untuk sebuah penyembuhan adalah..
Mengikuti dan menikmati alur rasa sakit tersebut..tanpa perlu mati-matian melupakan rasa sakit itu..
Efeknya..lupa itu akan datang dengan sendirinya..
Dan sakit itu akan kehilangan rasanya..

15 November 2010

" Laki-Laki Berwajah Wudhu "

Dua buah meja dengan kursi yang telah penuh diduduki menjadi jarak pembatas dari kursi tempat aku menikmati hidangan coffee break. Namun, wajah itu bisa mengalihkan pandanganku. Sebuah wajah bersih tapi bukan karena facial di salon. Hanya sebuah wajah hasil basuhan air yang dilakukan dengan rajin.  Basuhan air minimal 5 kali dalam sehari, bisa nambah. Teduh..
Jika aku tidak salah menebak. Tapi aku harap tidak salah tebak.
Aku hanya tahu namanya. Tidak lebih..

Your fingers cant’be of the same length
Jari-jari kita tidak mungkin sama panjangnya

Ini adalah sebuah pepatah dari negeri China, dimana kita tidak bisa mengharapkan segala sesuatu akan sempurna sekali.
Seringkali kita hanya bisa menikmati sesuatu yang indah dari sebuah etalase. Seringkali kita tidak boleh berlaku seperti seekor kucing yang akan melompati tembok ketika terpojok.
Teman-teman yang membaca tulisan ini bingung dengan kalimat saya? Sama..saya sendiri juga bingung, hehe.
Susah berkata-kata.

Laki-laki “berwajah wudhlu”..
Sebuah aura yang manis, meskipun banyak yang protes ketika aku mengungkapkan pendapat ini. Ah, itu adalah hak semua orang untuk setuju atau tidak. Ini masalah selera. Bahwa letak keindahan tidak melulu dari sebuah kemasan. Ini bukan sebuah produk komersial.

Flowers look differen in different eyes
Setuju dengan kalimat ini?
Bahwa keindahan tergantung dari masing-masing orang yang melihatnya.

Asal bukan Kotoran kucing rasa cokelat saja. Kalau ini mah parah..hehe.


Saphire, 0ktober 2009


Tulisan di atas aku posting di blog ini tanggal 25 Oktober 2009, untuk mengenang seorang kawan.

Pertemuan yang sangat singkat di sebuah pelatihan sebuah project penelitian. Terlihat pendiam dan bersahaja sekali. Aku bahkan belum pernah ngobrol lama, hanya sekedar menyapa saja. Dia terlihat "gadhul Bashor"..
Ada kisah lucu saat itu, ketika ada seorang teman yang menggoda menjodoh2kan kami. Dia bilang.."Aku tidak PeDe, Sofie lebih tinggi dari aku.."
Tapi setelah aku amati, iya juga..hehe. Sebuah kisah lucu saat itu.

Setelah pelatihan berakhir, aku pikir aku tidak akan bertemu dia lagi. Aku ditempatkan di NTT, dia di Cirebon. Sangat jauh kemungkinan bertemu, toh aku juga tak begitu mengenalnya.
Ternyata..tak terduga Tuhan mempertemukan aku dalam moment-moment yang tak terduga, meski pertemuan itu singkat-singkat sekali.


Akhir September 2010..
Seorang kawan mengabarkan bahwa dia sakit keras. Komunikasiku saat itu, dia bilang..
"Doain saja ya..aku sedang masa penyembuhan. Semoga Allah memberi kesembuhan yang terbaik untukku."
Dan aku hanya mengamini harapan itu. Dia masih memiliki cita-cita yang tinggi. Banyak rencana-rencananya yang belum bisa dia wujudkan.

12 November 2010..
Sebuah berita duka via sms masuk ke hpku. Dia, telah berpulang. Ada rasa tak percaya dan kaget.
Bagaimana lagi, mungkin itulah kesembuhan terbaiknya. Aku berduka, aku menangis, meski pertemanan kami sangat singkat.
Meski sekedar teman, setidaknya aku pernah mengabadikan sisi menarik dari dirinya yang tertangkap dalam indraku melalui tulisanku.

Selamat jalan temanku..
Semoga Tuhan memberikan kemudahan-kemudahan untukmu, temanku..amien.


-Didedikasikan untuk ALM. BAMBANG SUPROJO-
1979-2010

02 November 2010

Pentingnya sebuah perasaan untuk sebuah pemahaman..
Untuk sebuah pencerahan yang progressif..
Sebuah penekanan untuk sebuah pengurangan ego..


-When i feel alone-

18 Oktober 2010

Sniper

Aku tersudut..
beberapa jengkal di hadapanku, kekasihku mengarahkan laras mesiunya ke arahku. Aku memejamkan mata untuk menikmati ruh yang masih menempel di ragaku.
Hanya tinggal hitungan detik,laras itu akan menyalak dan mengepulkan asapnya..

Romantisme apakah ini?
Mengapa tak kau rayu aku dengan sederhana, dan kalimat-kalimat yang masuk akal saja, wahai kekasihku?


Aku masih terdiam dan mesiu itu tidak juga terdengar bunyi letusannya. Aku tetap berdiri di sudut, menerka kebingungan dan teka-teki silang itu seorang diri. sudah cukup lama..

Kekasihku bertanya padaku..
"Apa maumu? Kenapa kau tidak berteriak minta tolong, wahai wanitaku?"


Aku menjawab..
"Minta tolong? Buat apa?. kamu tahu aku mencintaimu. Dan aku tak ngin mencintaimu dengan biasa-biasa saja. Aku ingin semuanya luar biasa..
Dengarlah..
Cintaku ini nuklir yang tak bisa kau hentikan hanya dengan laras mesiumu. Peluru yang kau letuskan hanya akan menjadi katalis yang memudahkan reaksi itu.."


Kekasihku terdiam..
Posisi kita masih sama, laras itu masih mengarah padaku.


Kekasihku kembali berkata..
"Akan aku lakukan..akan aku tarik pelatuk ini. Tapi aku tidak ingin engkau mati..karena aku mencintaimu..aku membunuhmu karena aku mencintaimu!"
Nada kalimatnya meninggi menahan emosi.


Aku tak berkata-kata lagi untuk menjawabnya..
Hanya sebuah bisikan dalam hati..
" Lakukan wahai kekasihku. Ledakkan mesiumu. Kamu akan tahu bahwa ragaku tak berdarah lagi.."

10 Oktober 2010

Soliloquy

"Sujud itu indah..
Bahwa kamu menumpahkan semua uneg-unegmu tanpa sungkan, bahwa kamu menangis sampai tempat sujudmu basah.
Inilah bentuk lain dari nikmat Tuhan yang selalu mengajakmu bersabar.
Agar langit menjadi persambungan sujudmu, harapanmu bahkan semua amarah di matamu.
Agar kesedihanmu menjadi naungan teduh yang memberimu ketenangan.
Ketenangan yang akan memaksamu terus berjalan.."


Tapi, aku tak setegar dulu, aku melemah..


"Bodoh, kenapa kamu merasa lemah?"

Kenyataan yang begitu lama aku tolak, tiba-tiba kini kuyakini..
Cinta ini telah menanam air mata di mataku..

"Air mata apakah itu?"

Air mata kepedihan dan cinta berbaur dengan angan-angan yang bukan sekedar kegilaan. Hingga akhirnya tersimpan dalam ribuan cerita di dalam hati.
Mencabik-cabik semua yang tersisa di sana.

"Menangislah sepuasmu, betapa tangis itu adalah bentuk kenikmatan.."


Tapi aku belum menguasai seni menangis yang baik..


"Setelah kelelahanmu berlalu, kamu akan menguasai seni menangis itu.
Sangat menyenangkan bila kamu bisa merasakan sebuah kekuatan mahagaib yang sedang terlelap dalam genggaman telapak tanganmu, namun selalu siap kau bangunkan kapan saja kamu mau.."



Tanganku yang lemah ini hanya akan lebur dalam genggaman tangan yang kuat.


"Binasakan kesedihanmu..laut tidak pernah bosan dengan warnanya.."

06 Oktober 2010

Tawaran silet dari seorang sahabat

Aku mengunjungi sahabatku setelah sekian lama aku meninggalkannya. ternyata kedatanganku tepat waktu, karena kondisinya sedang tidak baik-baik saja..
"Hai, apa kabarmu?

Dia tersenyum sekilas.
"Silet itu tersedia di depanku, kawan. Tajam, meski ada sedikit karat di tengahnya. Berilah inspirasi padaku, hendak aku apakan alir nadiku ini..?"

"apa yang ingin kau lakukan?" Tanyaku terkejut.

"Sel-sel darah merahku penuh dengan racun cemburu karena cinta yang besar, aku ingin membersihkannya."

Aku terdiam. Dalam hatiku, aku berbisik pelan..
"maafkan aku sahabatku, kali ini aku tidak bisa melarangmu dengan logikaku. Kondisi kita sama..
Hari ini masih sama dengan hari-hari kemarin. Aku tersiksa ketika merindukan kekasihku. Tapi sayang, aku justru terluka dalam..
Aku tertampar. Seorang teman lamaku menceritakan betapa dekatnya dia dengan kekasihku.


Sahabatku terdiam mendengarkan keluhanku.
"Engkau begitu marah, kawan?" Tanya sahabatku.

"Tidak..aku hanya sedang kehilangan kekuatanku.Aku belajar terpesona, tapi aku merasa pelajaran ini cukup sulit bagiku.
Aku bagai raqib yang mencatat setiap gerakan hatinya yang aku rasakan melalui sikapnya kepadaku. PETA cintanya seakan hanya berupa PESTA cinta."


"Engkau mulai menyerah, kawan?" Tanya sahabatku.


"Entahlah, kekuatanku melemah. Aku tidak menyerah, lebih tepatnya kepasrahan."

"Kamu menginginkan siet ini juga, kawan? ambillah..!" Tawaran sahabatku dengan ketulusan yang tajam.

Aku menepis tawaran itu. Aku masih waras, aku tidak gila. Hanya sebuah keterlukaan yang menunggu sembuh saja.

"Tidak sahabatku, aku hanya membutuhkan sebuah telaga dengan air yang bening.
perjalanku masih panjang dan menggila.
Mungkin pejalan kaki sepertiku, tidak selayaknya bereuforia dengan sekantung air zam-zam..
"

Sahabatku mengiyakan, namun bergumam.
"Tampaknya memang engkau hampir gila, kawanku.."

23 September 2010

Dosomuko

"Duh..judesnya..!"
Seringsekali, saya mendengar kalimat itu sebagai kritik dari teman. Memang cukup susah menipu ekspresi, ketika sesuatu sangat tidak berkenan di hati.
Pura-pura manis ketika hati tidak bersuasana manis? ohh..nooo.

Pernah tahu dosomuko atau rahwana..? Makhluk wayang seribu wajah.
Manis di senyum, tapi hati tetap raksasa.
Yaah..coba saja amati. Dosomuko ada dimana-mana..

21 Mei 2010

Wajah Tak Bernama

Sekali lagi aku melihat ke cermin, di dalam wajah yang menatap balik ke arahku..
Katakan, apakah kamu ingat aku?



Aku berbicara tentang diriku.
Aku heran, kadang aku bisa menceritakan tentang pengalaman-pengalamanku masa lalu tanpa banyak melibatkan perasaan. Padahal pengalaman itu sangat menyakitkan.
Semua sederhana..
Bahkan karena terlalu tanpa perasaan, maka akan terasa sikap dinginnya..


Sekali lagi aku melihat ke cermin, di dalam wajah yang menatap balik ke arahku..
Katakan, apakah kamu ingat aku?


Tubuh ini seakan-akan hanya objek yang hidup di dalam dunia ini, atau ada kalanya tubuh ini justru bertindak sebagai dinding pembatas dunia batinku..
Aku seperti sedang berjalan ke sebuah puncak gunung dengan membawa usulan pelucutan senjata..


Sekali lagi aku melihat ke cermin, di dalam wajah yang menatap balik ke arahku..
Katakan, apakah kamu ingat aku?



Kali ini aku tidak hanya bicara tentang diriku, tapi juga tentang dia..
Siapa dia, semua juga masih teka-teki. Dia masih berupa sebuah pertemuan belum berupa penyatuan.
Namun tiba-tiba, aku tidak yakin apakah dia menyadarinya saat Tuhan memberikan hadiah pertemuan itu..??
Meskipun aku sendiri menerima hadiah pertemuan itu dengan rasa terima kasih.


Sekali lagi aku melihat ke cermin, di dalam wajah yang menatap balik ke arahku..
Katakan, apakah kamu ingat aku?
Apakah aku tampak seperti milik seseorang?



Aku mempercayai bahwa aku bebas merdeka.
Itulah sebabnya, aku butuh dia. Dia yang akan berperan dalam banyak sisi kehidupanku, bahkan juga sebagai pelindung profesionalku-ku..


Sekali lagi aku melihat ke cermin, di dalam wajah yang menatap balik ke arahku..
Katakan, siapa dia?



Dia..
Aku ingin melihat ke dalam matanya ketika aku menatapnya, aku tidak menemukan wajah pendusta di sana..
Bahwa dia bukan pendusta..


Aku terus berjalan, menemukan jalan pulang ke rumah, kepada diriku sendiri.
Mengunjungi suatu tempat ke tempat lain, melihat banyak kehidupan dengan wajah-wajah yang tak bernama..
Aku selalu bergerak demi mencari sebuah tempat yang akan aku sebut “rumah”ku.
Dimana ada Sebuah kasih sayang, kelemahlembutan, rasa cinta dan semua perasaan baik berkumpul di sana..

06 Mei 2010


Sepanjang waktu sampai detik ini saya hidup, rasanya sangat minimalis saya menuntut hak atau membalas secara lisan terhadap kritikan tidak membangun dan tekanan yang menghancurkan.
Saya mengira, jika saya melakukan pembalasan dengan lisan saya, justru hanya akan menuai kerugian dan penyesalan yang besar. Bahkan bisa menimbulkan kerenggangan antara saya dengan orang yang mengkritik saya tersebut. Sebab, kalimat balasan yang disertai emosi tinggi bisa jadi jauh lebih terekspresikan “kepedasan”nya. Lebih dari itu, akan bisa menyulutkan api permusuhan dari sikap saya yang mungkin tidak terima.

Menurut saya, jalan terbaik untuk menyikapi kritikan tidak membangun dari orang lain atau celaan yang memerahkan telinga itu adalah dengan tidak peduli- lekas melupakan- pemakluman- menganggapnya tidak pernah terjadi- menutup telinga dan mata dengan tetap sabar.

Laut yang luas tidak akan terpengaruh oleh lemparan batu seorang bocah,
apalagi Cuma berupa batu kerikil meskipun kerikil yang tajam bentuknya.


Mendengar kalimat yang tak mengenakkan telinga, jangan buru-buru membalas dengan kalimat yang serupa tak enaknya atau 10 x lebih tak mengenakkannya. Redamlah “kepedasan”itu dengan pura-pura tidak tahu, Anggaplah “si pengkritik tak tahu adat” bicara sendiri dengan tembok bangunan tinggi. Orang gila tuh..
Tapi, hal ini hanya berlaku untuk kritikan tak membangun-celaan dengan penuh kebencian dan memerahkan telinga.

Sebaliknya, jika mendengar pujian beruntun terucapkan untuk kita, bersikaplah seolah-olah tak mendengarnya, setelah mengucapkan kata terima kasih dan membisikkan kata amin dalam hati.
Karena setiap pujian baik adalah doa.


Tolaklah kejahatan dengan cara yang lebih baik dan halus, meski dalam hati&otakmu akan selalu terputar kata “Enyahlah” untuk kejahatan&pelaku kejahatan tersebut..



23 April 2010

Kenikmatan Vs Penderitaan (Tentang Cinta)


Pernah mendengar ketika seseorang ditanya tentang tujuan hidupnya, dia menjawab “ingin menderita”?
Jika ada, wah seseorang tersebut pasti sangat langka dan aneh. Sepanjang pengetahuan saya, jawaban yang lazim untuk tujuan hidup setiap manusia normal adalah kebahagiaan.
Kebahagiaan adalah sebuah kenikmatan.

Penderitaan..
Adalah kehidupan duniawi selain kenikmatan yang sangat tidak diharapkan keberadaannya dalam setiap kehidupan manusia.

Kenikmatan dan penderitaan bisa jadi muncul karena alasan “saya suka itu” atau “sesuatu yang menyakitkan”. Jika mendapatkan sesuatu yang kita sukai, maka kenikmatan akan kita rasakan. Tapi jika sebaliknya, maka akan terasa menyakitkan untuk kita sehingga akhirnya kita merasa menderita.

Kenikmatan dan penderitaan adalah realitas dunia manusia.

Lagi-lagi tentang cinta..
Sebuah tema dunia yang tidak pernah habis diucapkan, karena cinta telah ada sejak manusia ada di dunia. Jika manusia belum punah, maka tema cinta pun tak akan ada matinya.

Cinta itu berisi masalah? Bisa saja.
Coba jika kalian mau, inventarisasikan kisah cinta orang-orang di sekitarmu. Pasti akan menemukan variasi masalah mereka sendiri-sendiri.
Untuk seorang yang mungkin sedang patah hati, kecewa, sakit hati, jatuh cinta, kalut dan gundah dengan masalah cinta, bisa jadi menginventarisasi masalah cinta orang lain menjadi hiburan positif yang membuatnya merasa tidak menderita sendiri.

Ketika drama cinta mengoyak hati sehingga membuat luka dalam yang hebat, banyak air mata terbuang untuk melepaskan diri dari luka tersebut. Dunia akan terasa menjadi sempit.
Sebuah kata support yang klise sekali..” Semua akan ada hikmahnya”..
Tapi cobalah benar-benar cari..
Semakin berusaha mencari hikmahnya, semakin kesulitan menemukannya. Justru membuat tidak bisa terlepas dari luka tersebut.
Semakin berusaha melupakan, semakin terjebak dalam kenangan cinta tersebut.

Cinta butuh sebuah perasaan yakin..
Saya cukup setuju dengan kalimat tersebut. Hanya saja seringkali yang menjadi masalah dalam sebuah keyakinan adalah..
”Bila berulang-ulang merasa kecewa, sehingga tidak mau percaya lagi”

Meski naif menganggap bahwa segala sesuatu itu mungkin, keyakinan yang sehat harus selalu dipupuk setiap hari.
Setiap dokter pun kadang-kadang merasa frustasi sebab apa yang manjur untuk seseorang ternyata tidak selalu manjur untuk seseorang yang lain.
Tapi, jangan pernah merasa bahwa cinta ibarat mencari ikan di pohon.

Cinta dalam teori tidak akan setajam prakteknya. Tapi bagaimanapun juga, dimana ada manusia-di situ akan selalu ada cerita cinta.








21 April 2010


Jika kita menutup mata dan berusaha melepaskan pemahaman atas malam atau siang dan terang atau gelap, kita mungkin bisa memahami betapa tidak nyata ruang dan waktu sesungguhnya. Mereka hidup dalam jam dan kalender , sebuah struktur yang diciptakan manusia berdasarkan kesepakatan.



Time Is Enemy or Frend?

Kata orang jawa, " Urip iku mung mampir ngombe" alias hidup itu hanya mampir minum. Mungkin karena salah mengartikan filosofi ini, jadi banyak yang suka kebanyakan minum dan mabuk di dunia..

Aku nyontek tulisannya SEAN COVEY :
1. Untuk tahu nilai 1 tahun, tanyakan pada siswa yang gagal dalam ujian kenaikan kelas.
2. Untuk tahu nilai 1 bulan, tanyakan pada ibu yang melahirkan bayi prematur.
3. Untuk tahu nilai 1 minggu, tanyakan pada editor majalah mingguan.
4. Untuk tahu nilai 1 hari, tanyakan pada buruh harian dengan 6 orang anak yang harus diberi makan.
5. Untuk tahu nilai 1 menit, tanyakan pada orang yang ketinggalan kereta.
6. Untuk tahu nilai 1 detik, tanyakan pada orang yang selamat dari kecelakaan.
7. Untuk tahu nilai 1 milidetik, tanyakan pada peraih medali emas cabang lari di olimpiade.


Waktu adalah sebuah aljabar spiritual yang akan selalu ada dalam kehidupan. Apa artinya? Intinya adalah..ingat 5 perkara, sebelum 5 perkara aja gitu. Sudah hapal kan? Pasti..!
Tinggal "how to do it" aja..

03 Maret 2010

Bogor di siang hari, panas dan berdebu.
Suara klakson angkot, pejalan kaki yang berjalan sembarangan tidak di jalur trotoar karena "si trotoar" dikuasai oleh pedagang..
Memang cukup ribut, tapi ketika dinikmati..emmh..asyik juga.


Sesungguhnya nikmat Allah mana yang kamu dustakan-
Fabiayyii 'alaairobbikumaa tukadzibaan..

Semoga tidak salah, karena sedang tidak buka Al Qur'an sekarang.
Yang jelas, Ayat ini ada di dalam QS Ar Rahman..

Kenapa aku ingat ayat tersebut?
Ketika sehat lahir dan batin, dunia akan bisa ternikmati.
Lebih syukur lagi, jika "rekening" juga sehat..hehe.


Bogor-Depok.....Depok-Bogor..!!
Macet..!!


.

01 Maret 2010

Si "Abang"

 
Kami biasa memanggilnya dengan sebutan "Abang", karena orang tuanya membiasakan seperti itu. Keluarganya adalah tetangga dekat kami, meskipun hanya tinggal menghitung hari mereka akan pulang kembali ke Aceh.

"Abang" baru 4 tahun..
Berkulit bersih, senyumnya manis, dan berambut sehat.
"Abang" sangat menawan. Seperti anak-anak sehat kebanyakan..
Tapi "Abang" tetap beda dengan anak-anak seusianya..
Dia belum bisa bicara, namun juga tidak bisu atau tuli..


Aku sering memperhatikan dari depan pintu, ketika "Abang" sibuk dengan mainannya.
Dia terlihat tidak peduli dengan lingkungannya. Seringkali dia melakukan aktivitas yang sama secara berulang-ulang..
Abang asyik sendiri dengan dunianya tanpa peduli apa yang terjadi di sekitarnya..

Namun ketenangan "Abang" itu akan berubah drastis tiba-tiba..
"Abang" akan histeris sekali, meronta kuat-kuat dan seperti orang kalap. Jika dia kaget atau tidak nyaman..

Aku melihatnya sendiri kisah anak autis yang dulu hanya aku lihat dalam sebuah film Mercury Rising atau dari buku-buku.
Sesuatu yang biasa bagi kita atau bocah-bocah seusianya, bisa membuat "Abang" ketakutan setengah mati.
Seperti sore kemarin, "Abang" hampir melompat pagar pembatas lantai 2 tempat kami tinggal..
Benar-benar di luar kendali, susah ditenangkan kembali..


"Abang"..
Bocah kecil yang memberi aku tambahan rasa bersyukur, 
bahwa semua manusia dilahirkan sempurna dengan satu paket yang berupa kelebihan dan kekurangan.
Semua kekurangan bisa menjadi sumber kejayaan, 
sedangkan semua kelebihan bisa menjadi sumber kehancuran..


Jalanmu masih sangat panjang, "Abang" kecil..!!!
Masih sangat besar harapan sembuhnya..



(Bogor, Beberapa hari mengenal Isfahan-balita Penderita Autis) 




19 Februari 2010


When i breath, when i eat..
Thank you Allah..!!


In the night or in the day..
feel all right or not so strong..
Thank you Allah..!!

The sky is clear, The air is cean, The land is green.. 
Thank you Allah..!!

 





13 Februari 2010

"Bayi" 1 tahun yang cantik menemaniku...
Indahnya jalan-jalanku pagi ini bersama teman kecilku ini. Udara Bogor yang sejuk-sejuk panas, meskipun angkot-angkot sudah memadati jalanan..
Mumpung belum hujan, kita berdua jalan-jalan..

Pandanganku tertarik pada sesuatu yang baru aku baca lewat brosur kemarin.
Ada sebuah perumahan baru.
Rumah mungil, asri, sepi tapi dekat dengan fasilitas, dekat dengan jalan angkot tapi tidak langsung bertemu muka jadi terlindung dari polusi, uang muka dan cicilan murah relatif pula.
Ada halaman yang lumayan/cukup untuk tempat bermain. View-nya bagus pula.
Rumah yang menarik.
Pengeen..!

Aku tanya pada teman kecilku, " Adek suka?"

Tetap diam, tetap terayun-ayun menikmati musik lembut yang aku dengarkan di telinganya. Tentu saja dia tidak mengangguk, tidak pula menggeleng. Sepertinya dia lebih menikmati duduk di gendongan ranselnya. Namanya juga Bayi 1 tahun..hehe.

Hemmh..pulang saja deh. Hari ini cukup lihat-lihat saja.
Dari jauh terdengar lagu peterpan terdengar..

"Lupakan semua, tinggalkan ini..
      Aku akan tenang dan kau akan pergi..
            Berjalanlah walau habis terang,
                    Ambil cahaya cinta untuk menerangi jalanku..
                         


(Bogor, jalan-jalan bersama ponakan kecilku-Rania)


11 Februari 2010

Bangun dong, Ipang..!!

  
Judulnya kaya Judul serial Lupus ya? Emang pas untuk temanku yang satu ini.
Emmhh…
Aku memandang wajahnya dari samping dengan “effect” siluet, “Wah, mirip Lupus..! Coba pake tambahan permen karet yang dah ditiup besar..wah, tambah mirip..!”

Ipang namanya..
Dalam film kita yang berjudul “Timor 3 love story”, Ipang berperan sebagai anak lelakiku..hehe.
Sudah tua-tua masih suka main “film-film”-an ya?
Yah, kan ada petuah bijaknya bahwa..
Menjadi tua itu pasti, tapi menjadi dewasa itu pilihan..
(Betul..?? hehe)

Anak lelakiku, Ipang ini..
Meski penampilannya still cuek, tapi anaknya cakep lho. Tengil-tengil dikit..
Rambut rada gondrong, dengan baju pas di badan dan berkulit bersih. Sorot matanya tajem berbulu mata tebal dan lentik, walaupun badannya terbilang ceking..
(Ceking dalam bahasa indonesia  mah kurus, begitu ya pembacaku yang tidak bisa bahasa jawa..)
Wajahnya berkesan tanpa dosa. Ipang memang “amat” menarik (maksudnya “amat”nya yang menarik..hehe)
Karakter diam yang penuh misteri dan ganteng yang tanpa basa-basi, terus terang membuat nggak sedikit cewek yang melirik ke Ipang..
(Terutama yang merasa duitnya dipinjem Ipang..hihihi)

Sebenarnya, awal kenalku dengan Ipang..ahh, biasa saja.
Tapi, setelah aku benar-benar kenal Ipang, ketika kami sama-sama bertugas dalam sebuah tugas, pelan-pelan (bener-bener pelan-pelan), barulah saya tahu..
Bahwa diamnya Ipang ternyata punya sesuatu yang lain, yang saya anggap dahsyat sekali..
(Ceileee..dahsyat..?)
Apakah itu?
Apa ya.? Emmh..baru saya pikirkan juga apakah itu..hihihi.

Ipang punya gaya yang “Ipang bang-geets’..
Ipang yang kucing (malu-malu), kalau berpapasan dengan cewek yang disukai. Setelah moment ketemu cewek seperti itu, biasanya Ipang akan datang, kemudian bilang dengan nada mengadu..” Aku kan senang. Kalau senang kan jadi malu..hi..hi..hi..!”
Benar-benar menggemaskan untuk dijitak..

Tapi Ipang juga punya sisi payah juga..
Setelah melakukan interview dengan respodennya langsung yaitu si Ipang sendiri, bahkan telah dibuktikan pada beberapa hari yang lalu, Ipang memang payah dalam hal bangun pagi.
Bagi Ipang, matahari itu bukan terbit dari timur, tapi dari tengah..hehe.
Tapi dari pengamatanku sebagai “simbok”nya yang baik ketika di NTT, Ipang bukannya tidak bisa bangun pagi. Dia Cuma tidak mau saja.
Mungkin sengaja, biar ayam-ayam tidak tersaingi olehnya. Jadi, Ipang sengaja bangun telat biar ayam-ayam tidak malu karena keduluan.
(wikikikik..!)

Oh iya..
“Anak lelakiku” Ipang ini, punya cita-cita besar lho..
Yaitu selau kepengen membalas surat-surat dari para penggemarnya baik “surat” berupa sms, FB, atau sejenisnya. Bahkan penggemar yang tidak mengirim pun dibalasnya juga..(hehehe, kerajinan euiiy..).
Tapi sebagai simbok yang baik, maka aku akan berkata “ “Lanjutkan, anakku..!” Begitu nasehatku.
(hihihi..sama-sama kurang 1 ons..!)

Tapi, aku punya pengalaman spiritual dengan anak laki-lakiku, Ipang ini..
Pada suatu hari..
Demi tugas, kami berdua menuju sebuah kecamatan pemekaran yang menjadi bagian dari Kabupaten Timor Tengah Selatan, NTT bernama Fatukopa.
Medan yang berat, susah untuk diceritakan. Kecuali lewat gambar/foto..
Berdua naik motor yang serasa naik kuda. Tapi untunglah Ipang punya kemampuan naik motor yang baik..
Meski mulutku tak henti-henti mengomel, hati ketar-ketir, diiringi doa tak henti-henti, tapi akhirnya dengan perjuangan yang kompak, dibuktikan dengan tetap di satu motor (Yaa iyalah..memang tidak ada motor lain, hehe)..kita bisa keluar dari medan sulit itu dengan selamat.
Benar-benar “spiritual” kan? Meskipun dzikirnya lebih banyak dengan omelan-omelan yang membuat Ipang sebagai pemegang “kemudi”motor Bete minta ampun..hehe.

Anak lelakiku yang menawan..
(Uiih..!)
Semua kenangan indah itu akan menjadi semakin indah. Bagaimana kita selalu “bertikai” karena berebut wilayah kekuasaan untuk posisi ngentry yang nyaman, bagaimana rebutan air bersih ketika tinggal di tempat yang susah air, rebutan apa lagi ya? Ahh, rebutan yang tidak penting-penting begitu adalah keseharian kita..
Aku juga akan selalu ingat, bagaimana kau membuatku menangis ketakutan ketika hari pertama di basecamp yang berupa rumah dikelilingi hutan kemiri, dinding retak-retak dan sudah lama tidak berpenghuni, gelap tanpa listrik dan sepi, yang konon cerita beberapa orang, sering ada penampakan.
(Hiiiiy..!)
Tapi aku juga akan mengingat, bagaimana memelasnya ekspresi wajahmu setelah kepalamu digigit kalajengking.
(Benar-benar jadi tidak tega menjitaknya..oohh..!)

Oh iya, ada satu hal lagi tentang anak lelakiku ini..
Ipang butuh “sesaji” setiap harinya. Tidak perlu muluk-muluk, Cuma kopi dan rokok saja. Itu makanan pokoknya. Mungkin nasi hanya camilan saja baginya, hehe.

Emmhh..cukup susah menuliskan sesuatu yang agak “pujangga-isme” untuk anak lelakiku ini.

Eits tapi tunggu dulu Ade’..
Ada pantun untukmu nih..

Jalan-jalan ke pinggir empang
Nemu guci buatan Jepang
Hati siapa yang tidak bimbang
Jika ketemu Ipang tersayang
(Cieee..!!)


Ah, ada satu lagi De’..

Ada gula..
Ada semut..
Biar gila..
Tapi Imut..
(Lahyaaww..!Hihihi)

Sudah ya, cukup 2 pantun saja..(kaya iklan KB, 2 aja cukup! Hehe..)
Bagi pembaca yang penasaran, silahkan membuktikan keimutan anak lelakiku ini via facebooknya..Ipank Curank..yah!

Dan..
Apapun yang terjadi De’.. 
Aku akan tetap memanggilmu..” De’ Ipaaaaangg..!!!” 
Dengan tambahan..” Dek Ipaaang…banguuuun..!!!”


                                                                                                 Sweet memories dari NTT bersama DG-ers,
Special untuk Ipang



09 Februari 2010

Si “Tante Amerika” Cantik-ku..

Sister yang ingin aku bicarakan ini adalah seorang cantik. Lensa matanya berpijar seperti bintang, dengan bulu mata yang lentik. Sangat cantik..
Tidak percaya? Harus percaya..
Kalau tidak percaya, buktikan dengan meng-Add  nama Dyah Kartika di Facebook kalian..(Lho, malah iklan ya?hehe)

Sister-ku yang satu ini..
Merupakan salah satu contoh AJM…kepanjangan dari Anak Jawa Modifikasi..hehe.
Secara hukum KTP, dia lahir dan berdomisili di Yogyakarta. Namun wajah-wajahnya, tidak  begitu menyiratkan seorang pribumi jawa. Menunjukkan nuansa sedikit ada india atau arab, atau mungkin agak sumatera.
Entahlah..
Yang jelas sister-ku ini cantik meskipun terlihat judes pada kesan pertamanya..hehe. Jadi untuk hal ini, jangan percaya pada kesan pertama ya..
Tapi, Itulah sebabnya kenapa cocok dengan julukan “Tante Amerika”..
(Hehe maaf ya Diy..!)

Salut sekali dengannya..
Sister-ku ini bukan tipikal wanita lemah dan manja. Malah cenderung perkasa. Bisa angkut-angkut, tebang pohon, nyangkul..(hehe, tidak ding..!).
Seorang yang mandiri dan “nekad” berani. Kenapa ada kata “nekad”nya? Karena sering membuat khawatir dengan pergi sendirian di daerah yang sepi/rawan, tidak pulang-pulang pula.

Bagi sister-ku ini..
Dia punya kata-kata mutiara bahwa “NO WATER-NO CRY, NO BATHE-NO CRY” juga. Waterproof  euiiy..!! hehe.
Menyesuaikan kondisilah..
Dia juga punya hobby cuci piring..
Sehingga, demi menghormati hobby-nya maka teman-teman mempersilahkan “tugas mulia” itu untuk dilakukan olehnya.
(hihihi..padahal terpaksa ya jeng, karena tidak ada yang beranjak untuk cuci piring..hehe..)
Sebagai kolega yang baik, maka aku akan mendampinginya dengan menerima piring yang sudah bersih atau bilas-bilas saja..hehe. Kerjasama yang bagus bukan?
Meski tidak selalu sih, hehe.


Tapi, meski terlihat gagah, tegar, perkasa..
“Tante Amerika” cantik yang satu ini, sangat sensitif perasaannya. Jika jiwa sensitifnya keluar, mungkin lihat film donald bebek bisa nangis tersedu-sedu dia..(lagi-lagi tidak ding..!)
Yang jelas..
Dia cukup peka dengan semua hal yang terjadi. Dia sangat hati-hati dengan hal-hal yang dilakukan. Hanya saja, seringkali emosinya tidak stabil jika sudah merasa agak tertekan terhadap sesuatu yang membikin perasaanya tidak baik-baik saja.
Namun, sejauh ini..
Sister-ku ini adalah seorang pengendali diri yang baik.

Aku ingat..
Pada suatu hari di Noemuti, Dikau pernah berkata..
“ Ketika aku banyak melalaikan Tuhan, seringkali Tuhan menamparku dengan sebuah masalah atau kejadian-kejadian..”

Sebuah kalimat yang layak direnungkan tidak hanya untukmu, tapi untuk aku, dan teman-teman pembaca semua..
Bahwa..
Ada satu kekuatan yang berada dia atas segala kekuatan yang ada. Percaya bahwa Tuhan itu ada..
Setujuu..!!!

Ah, “Tante Amerika” cantik-ku..
Teruslah menjadi wanita yang tegar dan perkasa. Manja-manja dikit bolehlah, untuk yang special-special saja manjanya.
Tetap jadi sister-ku ya.
Sebuah pesan untuk “Tante Amerika” cantik-ku.
Tidak ada sesuatu di dunia ini yang sempurna, sayang..
Kesempurnaan manusia adalah memiliki kelebihan dan kekurangannya sekaligus.
Ketika yakin semua hal yang kita kerjakan atau kita inginkan sempurna, ternyata Tuhan bekerja dengan memberikan sedikit cela di sana.
Jangan langsung patah semangat ya..!



Sweet memories dari NTT bersama DG-ers,
Special untuk Dyah Kartika



Mr. Cinn…!!

Pagi yang indah di Kefamenanu Selatan.
Tiba-tiba, ada seorang laki-laki muda menyapa..” Selamat pagi, Cinn..!”
Ah, ternyata temanku sendiri..

Mr. Cinn tentu saja bukan nama sebenarnya. Awalnya, sama sekali belum kenal. Belum pernah ketemu muka dan nama.
Namun..
Kita sudah “dekat” meski aku belum hafal namanya.
(Lho, kok bisa dekat tapi belum tahu nama?)
Tentu saja, karena kita bersebelahan duduk di dalam bus yang membawa kami dalam perjalanan menuju Surabaya.
Dekat kan..? Cuma beberapa sentimeter..hehe..!

Mr. Cinn..
Adalah seorang yang pendiam kelihatannya, relatif cool, rapi dan “berwajah wudhlu”. Namun meski tidak terlalu banyak bicara, sekali berkomentar..maka ucapannya ibarat “smash” dalam pertandingan bulutangkis.
Jika tidak siap dengan tangkisan ucapan, terasa seperti mencela atau bahkan meremehkan lawan. Itu kata teman-teman.
Tapi bagiku, Mr. Cinn mah baik-baik saja kok..hehe.

Perawakannya..
Sedang cenderung kurus, Tidak pendek tapi juga tidak begitu tinggi dan  berkulit putih. Bayangkan, efek matahari NTT yang terasa menyengat dan menghitamkan kulit, tapi tidak begitu berefek di kulit Mr. Cinn. Hanya memerah sedikit saja, yang akan hilang beberapa saat kemudian.

Pada suatu malam diiringi bisingnya suara genset..
Aku dan Mr. Cinn bercengkrama di ruang tamu..(Serasa ruang tamu itu milik berdua..hihihi..)
Padahal, milik kecamatan tuh karena rumah dinasnya camat. Lagipula, di ruang tamu itu ada 10 orang lagi yang duduk merata sampai ke teras rumah. Mencari posisi duduk yang nyaman sambil melakukan kesibukannya sendiri-sendiri.
Ada yang main gitar, ada yang sms-an, ada yang ngobrol, nyanyi, ngopi, njemur baju, nyuci, jahit, nyulam..(4 aktivitas terakhir yang disebutkan boong bangeets, hehe) 
Tapi aku dan Mr. Cinn pilih ngobrol..
Aku bertanya, “ Jika ada kesempatan keluar negeri, negara mana yang ingin kau kunjungi..?
Mr. Cinn balik bertanya, “ Kamu sendiri?”
Aku jawab, “Aku ingin ke Belanda dan Jepang selain ke Mekah tentunya.
Mr. Cinn menjawab, ”…………………………………………………….”
(Lho kok titik-titik? Penasaran kan?)
Masalahnya bukan karena rahasia atau bagaimana, tapi karena aku lupa jawaban pastinya. Seingatku Mr. Cinn menjawab Jerman.
Nhaa..sebelum kena protes karena salah, jika Mr. Cinn membaca tulisan ini, lebih baik diisi dengan jawaban yang benar ya..hehehe.

Obrolan yang lumayan lama..
Banyak cerita tentang rencana, keinginan, pengalaman, dan lain sebagainya yang menjadi bahan obrolan kita. Hanya satu yang tidak kita bicarakan yaitu tentang hati..hehehe..
( Becanda lho Mr. Cinn..)

Pada kesempatan lain, Mr. Cinn pernah berkata bahwa..

Ketika kamu merasa takut dengan sesuatu..
Pandanglah lekat-lekat “sesuatu” yang membuatmu takut itu..
Perasaan takut itu hanya godaan dari khayalanmu yang tidak nyata..
Semakin kau cermati dengan seksama sumber takut itu..
Kau tidak akan takut lagi..
Karena tidak ada yang perlu ditakutkan disana..

Kalimat itu diucapkan oleh Mr. Cinn pada waktu aku cerita bahwa aku takut dengan gelap dan sepi..
Meski aku sudah mencoba melakukannya, tapi tetap saja rasa takut itu berkuasa.
“ Yaah..gimana lagi Mr. Cinn..namanya juga penakut, hehe..!”

Sekarang..
Kita kembali ke dunia masing-masing. Mr. Cinn adalah bagian skenario Tuhan, sehingga aku bisa bertemu dengannya.
Ah, jadi ingat..
Kita pernah berkhayal, ingat tidak? Pasti jawabanmu..”Tidaaak..!”
Yaitu ketika ingin mengikuti sebuah lomba menulis. Dimana aku juara satunya dan Mr. Cinn juara duanya..hehehe.
(Memang ambil menangnya sendiri ya aku, hehe)
Tapi ternyata sekarang naskahmu sudah mau diterbitkan. Turut bahagia sekali, semoga benar-benar terjadi dan best seller..! Amin..

Sebuah kalimat untuk Mr. Cinn..
Sebuah perjuangan..
Selalu dimulai dengan kesabaran..
Dan diakhiri dengan kepasrahan..

Saling mendoakan untuk perjuangan kita masing-masing ya..!!




Sweet memories dari NTT bersama DG-ers,
Special untuk Rudi





Menutup mataku sejenak..
Berusaha melepaskan pemahaman atas siang atau malam, terang atau gelap,
waktu atau ruang..
Terasa..
Betapa tidak nyatanya ruang dan waktu sesungguhnya..
Sesuatu yang hidup dalam jam dan kalender..
Sebuah struktur yang diciptakan manusia berdasarkan kesepakatan bersama..
Pada akhirnya..
Jiwa manusialah yang penting..
For my day, 10 February..
Aku dilahirkan untuk bahagia..
Amien..


(hanya untuk perenunganku saja)

Pengen ke Bandung euiyy..!!! 
Pengen mengunjungi sebuah rumah disana..
Apakah masih seperti dulu suasananya..?
Ketika aku merasakan sebuah..
Home sweet home..


                                                                                                                Memori manis 2007 
untuk sebuah keluarga di Sedangserang, Bandung




Tiiit..tit..tit..!!
Layar ponsel menyala, terpampang sebuah tulisan :

Sadarilah..
Bahwa dirimu sangat istimewa.
Dan yang tahu adalah dirimu sendiri.
Di dunia ini ada hal yang kita punyai dan sering tidak kita sadari
Namun harus dikelola dengan baik.
Bersiaplah, bahwa ternyata “setiap” kita adalah 
membawa “pesan’..
Pesan untuk sebuah takdir.


Sebuah tulisan yang diterima “Sahabat”ku. Sederhana tapi penuh makna..
“Sahabat”ku menunjukkan pesan itu kepadaku.
“ Pesan sebuah takdir..? Menurutmu, apa maksud kalimat iu..?” Tanya “Sahabat”ku.

Aku mencoba memahami kalimat itu..
Seperti biasa, Aku akan selalu mengomentari sesuatu yang ingin dibagikan “Sahabat”ku kepadaku..

Aku mulai berkata dengan pelan tapi pasti :

“ Pertama-tama, kau perlu menyadari bahwa di dunia ini tidak ada yang namanya kebetulan. Segala hal terjadi karena suatu maksud yaitu sebuah SKENARIO besar atau penunjang dari sebuah skenario besar tersebut.
Pertemuanmu dengan siapapun di dunia ini, terjadi karena rancangan Tuhan untukmu.
Satu hal yang pasti harus kau yakini adalah..
Bahwa Tuhan tidak pernah menginginkan keburukan dan kejahatan untukmu, untuk aku atau untuk kita semua.

Sebuah contoh sederhana..
Bayangkan, betapa banyak manusia di dunia ini, betapa banyak manusia di Indonesia. Seandainya boleh memilih, tentu saja kita akan memilih bertemu orang-orang yang bisa membuat kita bahagia. Iya bukan?
Tapi ternyata tidak..
Meski probabilitas untuk bertemu orang-orang yang “menyebalkan” itu kecil, tapi ternyata kita tetap dipertemukan dengan mereka.

Pasti ada suatu rencana di balik pertemuan ini bukan?

Hanya saja, seringkali kita hanya berhenti pada perasaan negatif yaitu kekesalan terhadap orang yang “menyebalkan” ini, tanpa melihat pelajaran apa yang ingin diberikan Tuhan melalui orang-orang “menyebalkan”, yang datang dalam hidup kita ini..
Berlaku juga sebaliknya, jika kita bertemu dengan orang-orang yang menyenangkan.
Ada rancangan Tuhan pada semua hal yang terjadi..

Tidak perlu dibikin rumit..
Dalam kehidupan ini, kita dipertemukan dengan orang-orang yang memberikan kebahagiaan, perhatian, kasih sayang, sanjungan, pengertian dan cinta kepada kita. Tapi di sisi lain, kita juga dipertemukan dengan orang-orang yang membuat kita marah, sedih, kesal, kecewa, tersinggung dan mungkin teraniaya.

Mungkin, ada masa kita harus mengeluh dan mencari  alasan kenapa Tuhan mengirimkan orang-orang yang “menyebalkan” juga, jika orang-orang yang “menyenangkan” saja sangat banyak di dunia ini.
Kemungkinan yang kebenarannya tinggi adalah..
Mereka baik yang “menyebalkan” maupun yang “menyenangkan” memang sengaja diutus Tuhan untuk sebuah pelajaran.

Pesan dari sebuah Takdir..
Bahwa tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Melainkan bagian dari sebuah skenario besar hidup kita masing-masing..


Semua orang bisa mencela semaunya, 
mengeluh atau bahkan mengutuk..

Diperlukan sebuah karakter dan pengendalian diri untuk bisa memahami dan memaafkan..

Rahasia awal untuk bisa memaafkan adalah..
tidak menafsirkan apapun semaunya..

07 Februari 2010

Senin oh senin-ku......



Mengarungi hari-hari sepi..
Aku tanpamu..aku tanpamu..

Bila esok hari datang lagi..
Kucoba untuk hadapi semua lagi..
Aku tanpamu..aku tanpamu..

Bila aku dapat bintang yang berpijar..
Mentari yang tenang bersamamu di sini..
Ku dapat tertawa dan menangis denganmu..
Di tempat ini aku bertahan..

Aku masih tetap di sini..
Melewati semua yang terjadi..
Aku tanpamu..aku tanpamu..

Dst..



Pengen nyanyi niihh..!!!
Meski lagunya biasa terdengar dimana-mana..
Huuufff..!!


“ Sahabat”ku berteriak kegirangan..
“ Temanku, aku sangat bahagia hari ini. Sangat..sangat..bahagia..”

Aku menjawab kegirangan yang ditunjukkannya..
“ Apakah kamu yakin, bahwa kamu benar-benar bahagia..atau hanya sebuah kesenangan belaka..?”

“ Sahabat”ku terlihat bingung..

Aku melanjutkan kalimatku.. 
Seringkali perasaan senang menyamar menjadi perasaan bahagia. Sehingga mengatakan bahwa itulah kebahagiaan..

Otak VS Hati (Sebuah Persahabatan)


Pada suatu hari, aku sedang menikmati “makanan” sehatku. Tanpa sengaja, aku mendengar percakapan “Sahabat”ku dengan kekasihnya. Tidak sengaja aku menguping, hanya kebetulan mendengar.
Sang kekasih “Sahabat”ku berkata dengan lembut pada “Sahabat”ku, ”Tampillah apa adanya..! Karena aku menyukaimu yang apa adanya..”

Indah sekali, bukan?

Beberapa saat kemudian setelah Sang Kekasih pulang, “Sahabat”ku menemuiku dengan binaran-binaran cahaya di matanya. Terlihat berseri-seri..bertambah “cantik”. Aku tahu, sahabatku memang selalu nampak “cantik”..

Aku letakkan “makanan sehat”ku untuk menyapa kedatangan “Sahabat”ku ini..
“ Kamu tampak berseri sekali saat ini. Apakah karena kekasihmu?”

“Sahabat”ku mengangguk..
 “ Tentu saja. Dia terlihat sangat mencintaiku..”

Tentu saja, aku turut bahagia mendengarnya..

“Sahabat”ku melanjutkan kalimatnya..
 “ Dia berpesan kepadaku untuk selalu tampil apa adanya..”

Aku menanggapinya..
“ Oya? Menurutmu, kamu akan lakukan itu..?”

Dia menjawab dengan binaran indahnya..
“ Tentu saja..! aku mencintainya..”

Aku menganggukkan kepalaku untuk memberikan applaus dengan keputusannya itu..
“ Memang seharusnya. Kamu harus selalu tampil apa adanya..”

Setelah diam sejenak, “Sahabat”ku mulai mengalihkan matanya benar-benar mengarah pada diriku..
“ Selama ini, akulah yang selalu bercerita padamu. Aku ingin sekali mendengar cerita-ceritamu..”

Aku mulai tertarik dengan permintaannya..
“ Ceritaku? Apa yang kauketahui tentang aku..?” Tanyaku berbalik arah.
Aku dan “Sahabat”ku memang sangat dekat, tak bisa dipisahkan. Tapi dia tidak selalu tahu aku, sedangkan aku selalu tahu dia..

Kening “Sahabat”ku mulai mengernyit..
“ Setahuku, kamu jauh lebih baik dari aku. Kamu selalu membuatku menjadi baik-baik saja. Apa rahasiamu..?” Tanyanya.

Aku tersenyum sekilas..
“ Rahasiaku sangat mudah, yaitu aku tidak pernah tampil apa adanya..”

“Sahabat”ku terkejut dengan jawaban itu..
“ Aku tidak paham..”

Aku tersenyum kembali. “Sahabat”ku yang “cantik” ini seringkali menjadi sangat naif. Entah naif, entah bodoh, entah benar-benar polos..

Aku mulai menjelaskan..
“ Aku tidak memakai pedoman Be myself, tapi aku memilih kalimat nyaman untuk semua hal yang aku lakukan. Jika aku nyaman ketika aku menjadi diriku sendiri, aku akan lakukan. Tetapi ketika aku nyaman saat harus berlaku seperti orang lain dan melupakan keberadaan diriku sejenak atau sekedar tidak tampil apa adanya diriku, aku akan lakukan itu. Namun, bukan berarti aku memakai “topeng”.
Aku hanya mengambil pilihan “nyaman”..
Aku bisa menjadi baik..baik sekali. Tapi aku juga bisa jahat, namun hanya sejahat yang aku mau.
Aku melakukan sesuatu, karena aku suka melakukannya.
Kenapa aku begitu? Karena aku tahu kelemahan diriku sendiri. Aku rasa, tidak semua orang bisa menerima, ketika aku tampil apa adanya. Bahkan bisa-bisa, mereka yang jahat akan menggunakan kelemahanku itu untuk membuatku tidak nyaman.

“Sahabat”ku menanggapi..
“ Bisa berikan aku contoh..?”

Aku mengangguk..
“ Contoh mudah dalam hal sehari-hari yang sangat sepele dan bisa dilihat...Aku suka berparfum, aku suka tampil “tidak ala kadar”nya ketika siap bertemu orang, aku tidak suka memakai sandal jepit kamar mandi ketika keluar rumah, aku suka aksesoris jam tangan, aku suka menghiasi jemariku, dan sebagainya. Aku lakukan karena aku menikmatinya. Tanpa peduli ada permintaan dari siapapun.
Aku merasa nyaman dengan penampilanku, sehingga aku bisa tersenyum ramah. Efeknya,  orang lain juga akan ramah kepadaku. Lebih jauh, aku merasa diterima dengan tampilan awal itu.
Menurutku, sebuah kesan pada pandangan pertama itu penting menurutku. Setelah melihat, mereka baru akan mengenal bagaimana diriku yang sebenarnya. Saat itulah aku membutuhkanmu orang sepertimu, “Sahabat”ku..
Contoh lainnya, tentu saja masih banyak..
 
“Sahabat”ku menganggukkan kepalanya..
“ Apakah kekasihmu pernah memintamu untuk berubah..atau seperti kekasihku yang selalu meminta aku untuk tampil apa adanya..?”

Aku mengangguk dan tersenyum..
“ Aku dengan kekasihku, aku dengan saudaraku, atau bahkan aku dengan orangtuaku sekalipun adalah sebuah kesatuan yang tetap berdiri sendiri-sendiri meskipun bisa jadi ada pertautan darah atau hati di sana.
Selama aku melakukan hal positif, kenapa tidak jika aku mengambil pilihan untuk menjadi diriku, yang aku rasa adalah diriku dalam kondisi yang terbaik..
Mereka tidak selalu menyertai tiap detik kita bukan?

“Sahabat”ku mengangguk..
“ Menurutmu aku salah jika aku tampil apa adanya aku?”

Aku menjawab..
“`Sama sekali tidak salah. Memang seharusnya begitu..
Semua hal memang bisa berubah. Begitu juga dengan diriku. Hanya saja, jika diriku berubah, aku tetap merasa nyaman dengan perubahan itu. Tentu saja, perubahan ke arah yang lebih baik.
Satu lagi, “Sahabat”ku..
Aku tidak ingin menghancurkanmu, dengan cara  aku menyerupai dirimu 100%..”





Untuk Aku-sebuah otak yang berharga,
 untuk “Sahabat”ku-sebuah hati yang bernuansa






04 Februari 2010

Harta Terpendam


Berkuntum-kuntum kamboja putih terlihat menghiasi gundukan tanah yang dihiasi bata berplester, yang berfungsi sebagai pengaman agar tanahnya tidak longsor..

Pada suatu sore, ketika aku menemani “Sahabat”ku..

“ Bagian dari tubuhku sudah terpendam di balik tulang di bawah batu itu..” ,
Kata “Sahabatku” pelan.

Aku memandang ke sekeliling..
Pekuburan yang cukup besar. Konon cerita, pada jaman dahulu..pekuburan ini hanya digunakan untuk kalangan bangsawan dan keluarganya. Aku melihat ada beberapa cungkup untuk pemakaman para piyayi(sebutan untuk kalangan ningrat/terhormat), ada pamijen yang masih kosong.
Namun seiring menciutnya lahan perkotaan, tanah pekuburan itu sudah menjadi milik masyarakat umum.
Ah, piyayi atau atau bukan..toh mereka sama-sama hanya menempati tanah seluas 2x1 m. Tidak berdaya di kuburnya meski gelar piyayi disandangnya, tapi dia tanpa amalan di dunianya dulu. Lebih mulia, kaum jelata yang punya amalan bagus tentunya.

“Sahabat”ku masih menekuri satu makam di depannya. Sebuah makam sederhana, tanpa bangunan marmer atau apapun di atasnya. Hanya sebuah pohon kamboja putih tua, seakan-akan melindungi tanah makam itu dari pancaran matahari yang panas.

“ Kamu merindukannya..?” Tanyaku.

“Sahabat”ku mengangguk..
” Aku tidak tahu apakah Dia benar-benar tenang, atau malah menderita di dalam sana. Sepanjang yang aku kenal, Dia sangat baik padaku. Aku tidak rela jika Dia menderita..”

Aku tersenyum..
“ Bapakmu pasti tidak menginginkan kamu bersedih bukan..?” Tanyaku.

“Sahabat”ku mengangguk..
” Sejak 4 tahun lalu, aku sering sedih dengan bulan Februari. Aku selalu merasa bersalah, meski aku tidak tahu kenapa aku harus merasa seperti itu..

“ Lho, kenapa..?” Tanyaku.

“ Entahlah..! Eh, kamu mendengar kisahku dengan beliau?” Tanya “Sahabat”ku.

“ Tentu saja..ceritakanlah..!” Kataku tertarik.

“ Duduklah..! Aku tidak mungkin menceritakan semuanya..sangat panjang dan sangat manis kisahnya..” Kata “Sahabat”ku.

Aku mengangguk tanda setuju. Tak lama kemudian, dia mulai bercerita..

Masa kecilku sangat berwarna..
Sepanjang hariku di masa kecil, aku tidak selalu bertemu ibu kandungku yang aku panggil mama. Hanya malam hari saja aku bertemu keluargaku.
Sepanjang siangku, aku diasuh oleh pengasuhku yang biasa aku panggil ibu sampai sore hari. Entah dari lingkungan, salah asuhan atau memang karakterku, akhirnya aku tumbuh menjadi agak “bengal”, tomboy dan lain dibanding saudara-saudaraku.
Namun ketika malam hari menjelang tidur, aku selalu takluk di pangkuan Bapakku yang selalu mendongengkan cerita wayang sebagai pengantar tidurku.
Sesekali aku cerita..”Pak, tadi aku berkelahi. Pukul teman laki-laki..”.
Bapakku menanggapinya, “ Kenapa?”
Aku menjawab,” Karena dia nakal, menganggu temanku..”
Bapak pun hanya mengangguk..” Ya sudah, besok jangan lagi. Tidak usah bilang mama, ya..! Nanti dimarahi..” Kata beliau.
Selanjutnya beliau akan melanjutkan cerita wayang yang selalu sulit aku pahami, sampai aku terlelap.
Cerita-cerita “bengal”ku hari itu hanya menjadi rahasia-rahasia kecil kami berdua.

Meskipun terlihat santai dengan kebengalanku, ternyata bapak tetap kuatir. Pada suatu malam, tak sengaja aku mendengar obrolan antara bapak dan mama..
Mereka berdua terdengar khawatir, karena aku belum bisa sama sekali membaca al-Qur’an. Teman-teman sebayaku sudah rajin ikut madrasah diniyah, namun aku selalu menolak jika mau didaftarkan.
Akhirnya, dengan memaksa bapak membawaku ke seorang guru ngaji tua yang cara mengajarnya masih sangat kuno. Dia tidak segan-segan memukul pakai  kayu berbentuk kecil-panjang, yang biasa digunakan untuk penunjuk tulisan.
Meski berawal dari ketakutan setiap belajar dengannya, ternyata membuahkan hasil.
Tidak butuh waktu lama, aku bisa lancar baca al Qur’an tanpa tahapan iqro’ jilid 1 sampai 6.
Kegigihan bapakku berlanjut..
Beliau mendaftarkanku di sebuah majelis ta’lim di Masjid Agung Surakarta. Yang mempelajari qiro’atil qur’an-seni membaca al Qur’an dengan indah.
Aku selalu bilang..”aku tidak bisa, Pak..” Tapi beliau tidak memaksaku bisa. Aku hanya disuruh bangun pagi setiap minggu, dan berangkat ke Masjid Agung.
Awalnya memang berat, karena aku sering ngantuk di kelas.

Akhirnya, masa kebengalanku berakhir. Aku menjadi sangat patuh..
Aku merasa sangat bahagia melihat bapakku tersenyum puas di deretan audien sebuah pengajian akbar di desaku, ketika aku berdiri di panggung membacakan ayat-ayat al qur’an saat itu.
Salah satu komentar bapak saat itu adalah..” Lengkinganmu kurang tinggi..”
Minta ampun, itu saja sudah ketakutan jika suara tidak nyampai..hehe.

“Sahabat”ku diam sejenak..
“ Tapi, aku tidak pernah bisa menjadi seperti yang dia inginkan..”

“ Lho, kenapa..?” Tanyaku.

Dulu, bapak ingin aku menjadi polwan. Lucu ya? Beliau sangat bangga ketika aku masuk menjadi pasukan inti pramuka, aktif ini-aktif itu. Apalagi ketika SMA, aku terpilih menjadi anggota tim paskibra ketika menjelang 17 agustus. Beliau sangat bangga.
Tapi sayang, semua tidak menjadi terlaksana.
Aku mengalami kecelakaan, ketika pulang sekolah dan mau persiapan latihan paskibra sore harinya. Mau tak mau, kesempatan itu pupus sudah. Aku harus tinggal di rumah sakit dalam waktu yang cukup lama, pemulihan, ini-itu..ah menyebalkan.

Tapi, wajah bapak selalu tenang..
Beliau selalu menemaniku melakukan check up di rumah sakit tempat aku dirawat sampai kondisiku dinyatakan baik, meski harus tetap menjalani therapi-therapi.
Mau tak mau keinginannya juga harus pupus. Tidak mungkin berharap menjadi seorang polwan pada putrinya yang saat itu belum bisa menerima getaran keras, bentakan dan tekanan emosi yang tinggi, meski secara fisik sudah dinyatakan sehat.

Beliau selalu berwajah tenang..
“ Manusia boleh berencana, tapi Tuhan selalu punya kuasanya..” Kataku mencoba menghibur “Sahabat”ku.

Mungkin juga seperti itu..
Tidak pernah juga aku melihat ekspresi penyesalan atau kecewa di wajahnya. Beliau semakin menyayangiku, membelai kepalaku, memberikan cerita-cerita lucu dibumbui nasehat-nasehatnya, menyimpan rahasia-rahasia kecil kami dari mama dan saudara-saudaraku.
Beliau juga suka ketika aku mulai tampil feminin. 
Namun ada sayangnya..

“ Kenapa..?” Tanyaku.

Dulu, bapak sempat tidak mengijinkan aku berjilbab setiap harinya.

“ Oya..? Bukankah dia ingin kamu bisa ngaji, bisa jadi qori’..lalu kenapa beliau tidak ingin kamu berjilbab setiap harinya..?” Tanyaku.

Entahlah..
Mungkin itu salah satu ketidaksempurnaannya sebagai laki-laki yang sangat baik.

“ Beliau membutuhkanmu..” Kataku.

Iya, aku tahu sekali. Aku selalu mendoakannya di setiap sholatku.
Ah, rasanya baru kemarin aku ngecat rumah dengan beliau. Tertawa lepas bersama, duduk bertiga di teras-garasi..
Tiba-tiba, malam itu aku harus mengantar dan menemaninya di ICU rumahsakit, melihat nazaknya, Sampai vonis dokter bahwa beliau sudah tidak ada.
Aku masih berharap dokter dan alat2 rumah sakit itu salah ketika menemani jenazahnya.

Aku terus menatap dadanya berharap akan bergerak lagi. Sesekali kudekatkan jariku di depan hdungnya agar bisa merasakan nafasnya kembali.
Tapi itu tidak pernah terjadi..
Ah, ternyata sudah cukup lama kejadian itu tapi bayangan itu tidak pernah hilang dari ingatanku..

“ Sudahlah, bapak lebih tenang di sana. Meski kamu merasa “bagian tubuh”mu telah ikut terpendam di sana..tapi bagian tubuhmu yang lain harus tetap melanjutkan hidup untuk lebih baik..” Kataku.

“Sahabat”ku mengangguk..

Sore beranjak semakin petang. Aku dan “Sahabat”ku, bangkit meninggalkan pekuburan yang lengang itu.

“ Sebuah hartamu terpendam di tempat yang semua penghuninya tidur sepanjang masa. Tidak akan ada yang mengusiknya. Tidak ada pencuri di sini. Aman..”
Bisikku pada “Sahabat”ku.


( 4 Februari, pada suatu sore di makam bapak)