30 September 2009

Gempa Oh Gempa..!

Pertiwi diguncang lagi..
Lagi-lagi bencana itu datang kembali untuk kesekian kalinya. Pedih saya melihatnya meskipun hanya melalui layar kaca. Tatapan panik dan ketakutan, jerit tangis anak-anak yang di-shoot berkali-kali di metro tv, membuat hati saya ikut pedih. Lebih dari sekedar sebuah empati.

Saya bisa merasakan ketakutan mereka. Tidak akan jauh berbeda seperti apa yang saya rasakan pada tanggal 27 Mei 2006 silam. Sebuah ketakutan yang luar biasa ketika bumi yang biasa diam meskipun kita injak-injak, tiba-tiba bergerak. Meskipun hanya hitungan menit, namun luar biasa takutnya.

Awalnya, tentu saja tidak menduganya..
Ketika saya ( lebih tepatnya kami, karena ada 2 orang sahabatku yang lain) berada di sebuah rumah di jalan Parangtritis, milik salah seorang teman. Malam hari kita habiskan dengan bercanda, tertawa dan bercerita hingga akhirnya tertidur. Tidak akan menduga, karena merasa Yogyakarta adalah kota yang nyaman dan aman.

Keesokan harinya..
Pagi hari yang heboh, ketika tiba-tiba bumi berguncang. Sangat panik. Bahkan karena paniknya kami yang berada di dalam rumah dalam kondisi pintu terkuci, tidak bisa membuka pintu. Di luar, teriakan warga semakin gaduh.
Tapi alhamdulillah, pintu yang sempat macet akhirnya terbuka. Meski saling dorong, kami pun bisa keluar dari rumah yang telah rubuh sebagian.
Persendian terasa lemas sekali karena takut yang luar biasa. Perihnya kulit yang terluka tanpa sengaja atau terbentur sesuatu, tidak dipedulikan.
Kondisi semakin panik, ketika ada teriakan tsunami. Mau tak mau, isu tersebut menciptakan ketakutan lagi. Cepat-cepatlah kami menyelamatkan dokumen penting yang sekiranya bisa dibawa.
Alhamdulillah, motor kami yang sempat jatuh bertumpukan masih bisa dioperasikan. Alhamdulillah lagi, karena semalam bensin sudah terisi full.

Jalan Parangtritis cukup mengerikan saat itu..
Sepanjang jalan, terlihat bangunan besar yang mengalami kerusakan hebat bahkan roboh. Orang-orang yang berkumpul bahkan berdarah-darah. Ngeri rasanya..
Berdua dengan seorang sahabat, kami menangis sepanjang perjalanan menuju Solo. Mungkin kombinasi sebuah perasaan shock dan takut yang baru teralami berpadu dengan perasaan syukur karena Allah masih memberi kesempatan hidup pada kami.
Sepenggal kisah tentang gempa.

Kisah itu mungkin hanya menjadi cerita selintas lalu sekarang. Tapi, lagi-lagi lebih dari sekedar empati kepada korban gempa yang lagi-lagi terjadi. Baru beberapa saat kemarin gempa di Jawa Barat, sekarang gempa terjadi di Sumatra.
Ada apa dengan Indonesia? Ini adalah kata-kata dari Syair lagu Ebiet G. Ade meskipun tidak lengkap karena tidak begitu hapal.
Silahkan dibaca, UNTUK KITA RENUNGKAN.

“..Anugerah dan bencana adalah kehendaknya
Kita mesti tabah menjalani
Hanya cambuk kecil agar kita sadar
Adalah Dia di atas segalanya
Ini bukan hukuman hanya satu isyarat bahwa kita mesti banyak berdoa
Memang bila kaji lebih jauh, dalam kekalutan masih banyak tangan yang tega berbuat nista
Tuhan pasti telah memperhitungkan
Amal dan dosa yang kita perbuat
Kemanakah lagi kita akan sembunyi
Hanya kepadanya kita kembali
Tak ada yang bakal bisa menjawab
Selain sembah sujud kepadaNya..”


Indonesia sedang diingatkan Allah dengan sedikit sentuhannya. Sedikit saja sudah begitu mengerikan bukan..??


(Didedikasikan untuk sahabatku, Anny dan Annisa. Terima kasih telah menginjak kakiku sehingga aku terbangun. Jika saja kakiku tidak kalian injak saat itu, entah apa yang terjadi. Serta untuk ibu dan keluargaku yang sangat cemas saat itu)

29 September 2009

Mozaik Masa Lalu

Mozaik masa lalu..

Reuni SMA di Palm resto, membuat saya terkenang kembali masa-masa SMA. Terutama masalah cinta. Untuk tema ini, saya yakin semua teman pernah mengalaminya. Nggak ada matinya dah pernak-perniknya.. ya kan? Hehehe.

Saya hanya ingin berbagi..
Hati saya mengakui bahwa hati ini pernah merasa dekat dengan dia. Hingga perjalanan waktu selama 11 tahun berlalu begitu saja. Sebuah cinta yang awalnya menyala tapi akhirnya terbunuh tanpa perlu sebuah alasan. Entah darimana sumber awalnya.
Tapi saya menjadi berfikir, apa benar kata Sallim A.Fillah, penulis buku Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan.
Bahwa cinta bisa menguap secepat datangnya waktu dhuha..
Mungkin makna cinta itu tidak bisa sepenuhnya saya terima. Lagi-lagi, saya hanya ingin berbagi.

Ah, saya juga tidak benar-benar tahu apakah cinta itu telah benar-benar terbunuh. Masing-masing sudah punya cerita hati sendiri-sendiri selama 11 tahun itu.
Hanya sinyal yang saya rasakan bahwa cinta sudah tidak hadir lagi di hatinya. Sangat wajar. Bahkan mungkin kenangannya pun juga sudah usang dimakan waktu.
Tidak perlu berkomentar apa dan kenapa. Air muka bahkan tatapan mata ketidaknyamanan terasa dengan kentara. Lihat matanya ketika dia tersenyum, maka tebakan kita tentang kondisi hati seseorang bisa lebih mendekati kebenaran..(so, pakai kacamata ya, biar kondisi hati tidak mudah tertebak..hehe)
Menjadi seorang yang dewasa memang memerlukan pengorbanan hati. Itu sebuah rasionalisasi waktu yang sangat biasa.

Khalil Gibran pernah bersajak bahwa..(tapi lengkapnya saya lupa)
Cinta hadir bukanlah dari kedekatan yang lama atau pendekatan yang tekun. Cinta hadir dari kecocokan dua buah hati yang tidak bisa dipaksakan oleh adanya ruang dan waktu.
Jika kecocokan itu tidak ada, jangan berharap sebuah cinta akan tetap ada.

Lagi-lagi, saya hanya ingin berbagi.
Hanya sebuah pesan, berbahagialah jika menjadi orang yang telah dicintai dan mencintai. Karena saling mencintai itu mahal harganya..

Eeggghh..lagi romantis nih!(uhuk..uhuk..!)

MEMOIRS OF SMANRA

How to talk about something happened in the past?

Cukup susah juga. Mungkin juga karena kenangan yang dulu tidak indah, sekarang menjadi indah dan kenangan yang dulu indah, menjadi semakin indah. Memori-memori itu akhirnya menumpuk dan overload, karena bertambah banyak.
Kondisi overload inilah yang seringkali membuat sesuatu menjadi terlupakan karena tidak adanya sinergi komunikasi dan jalinan pertemuan yang intens baik secara langsung maupun tidak langsung.
Sangat sayang bukan, ketika sebuah mata rantai harus hilang? Tapi semoga tidak akan terjadi untuk SMANRA.

SMANRA..
Mind set-ku hampir-hampir tidak menjamah lagi kata itu. Namun lebaran 2009 ini, memory statusku mengingatkan kata-kata itu lagi. Sekian tahun tidak bertemu..(maaf ya teman-teman, aku belum hobby berface book ria. Jadi aku anggap belum pernah bertemu deh..), sehingga hampir saja aku melupakan bahwa pernah ada kenangan indah masa-masa SMA beberapa tahun silam.
Padahal kepala juga tidak pernah “kejedug” lho..hehe.

Jika kita menutup mata dan berusaha melepaskan pemahaman atas siang atau malam, terang atau gelap, waktu atau ruang, mungkin kita bisa memahami betapa tidak nyatanya ruang dan waktu sesungguhnya. Mereka hidup di dalam jam dan kalender. Sebuah struktur yang diciptakan oleh manusia berdasarkan kesepakatan bersama.

Kalimat itu pernah saya tulis dalam posting artikel di blog ini beberapa bulan yang lampau. Namun, saya ingin menuliskannya kembali untuk mengingat memori SMANRA kembali.
Rasanya baru kemarin terjadi, tapi ternyata sudah lama sekali masa SMA itu berlalu.
Yang jelas..
Menjadi tua itu pasti, sedangkan menjadi dewasa itu pilihan..ha..ha..ha.
(Dagadu sekali yah..!!)


Ah, bingung berkata-kata.
Yang jelas, SMANRA adalah sebuah epistolary kehidupan masa remaja. Dan saya pernah ada di dalamnya.
Ada sebuah zest yang menyala, persahabatan bahkan ada kisah roman picisannya pula. Bahkan ada cerita dua pertempuran di sana. Satu pertempuran untuk keluar dari “dunia”, satu pertempuran untuk masuk ke dalamnya.
Bingung ya? Bukankah masa SMA itu penuh cita-cita, ambisi menang, dan sebagainya sebagai base hidup kita menjadi manusia dewasa.
Semua proses pendewasaan diri selanjutnya tentu saja akan berbeda satu sama lain.
Bisa jadi, ada teman yang cepat menikah sehingga dia didewasakan dengan cepat bertemu dengan polemik-polemik rumah tangga. Namun jika ada keikhlasan di sana, hal itu adalah sebuah keberuntungan. Sama sekali tidak akan rugi di kemudian hari.
Bisa jadi, untuk yang belum menikah, akan selalu ada harapan besar mendapatkan yang terbaik. Tuhan ingin mendewasakannya melalui proses sabar. Memberi dia kesempatan menikmati kesendiriannya dengan pengalaman hidupnya masing-masing. Baik yang standar-standar saja maupun yang spektakuler. Masing-masing mempunyai jalan cerita hidup sendiri-sendiri.

Sebuah zest yang menyala bagai bara api bahkan sangat mudah membakar apa saja jika tiupan angin menerpanya. Salah satu gambaran masa SMA.
hingga pada akhirnya harus terjadi gencatan senjata, seiring dengan bertambahnya usia dan kematangan emosional kita.
Saya berbicara dari sudut pandang pribadi, seperti apa yang saya rasakan. Saya yakin, pembaca yang pernah SMA terutama anak-anak SMANRA mengalaminya. Hanya saja, belum mengatakan atau menuliskannya menjadi sebuah epistolary story.


Sulit juga saya menuliskan memori indah SMANRA dengan lengkap, bahkan sesuai dengan pakem. Namun bagaimanapun saya menuliskannya, teman-teman alumnus SMANRA pasti sudah memahaminya. Karena tulisan ini aku persembahkan untuk kalian.
Anggaplah, sebagai buah tangan dari Palm Resto, hasil reunian kita..

I Will remember you all..

Bersama Itu Indah

Gempita Idul fitri dan lebaran, mungkin sudah berlalu beberapa hari yang lalu. Tapi tidak ada salahnya, jika saya ingin menulis fenomena-fenomena yang teramati. Salah satunya adalah tradisi mudik yang selalu menjadi topik utama setiap menjelang idul fitri. Fenomena sosial, dimana “pak” polisi, pengusaha angkutan umum, pedagang sembako, PJKA bahkan reporter televisi menjadi sibuk bukan main. Semua masyarakat menjadi sangat sibuk. Entah berada di posisi sebagai “subyek” maupun “obyek” mudik.

Mudik..
Istilah familiar untuk pulang kampung. Sangat lazim dialami oleh semua masyarakat terutama yang hidup dalam perantauan. Banyak waktu, tenaga dan biaya dikeluarkan untuk sebuah “fenomena” mudik. Sebuah kepuasan ketika hari idul fitri, mereka bertemu dengan keluarga besar mereka. Sungkem langsung di depan orang tua dan kerabat yang dituakan dan bersilaturahim satu sama lain.
Ketika hari-hari biasa, mereka saling cuek dan sibuk dengan urusan masing-masing, tapi sangat indah ketika nuansa idul fitri seakan-akan membuat orang menjadi setengah wajib untuk saling mengabarkan keadaan keluarga, kerabat dan teman-temannya.
Ada yang tulus melakukan sebagai bentuk kepedulian, namun ada juga yang hanya bertujuan untuk “pamer” progress kehidupannya. Namun progress di sini, biasanya lebih condong ke arah materi duniawi baik jabatan, harta dan sebagainya.
Banyak tujuan silaturahim dari hati yang bervariasi. Kita tidak akan pernah tepat menebaknya. Hanya Allah yang tahu.
Tapi selama muka ramah, senyum terkembang, jabat tangan erat dan mungkin pelukan hangat persaudaraan itu ada, kita tidak perlu memperdulikan tujuan hati mereka yang sebenar-benarnya. State of mind kita harus dalam posisi bahwa..
MEREKA DATANG UNTUK KITA.

Saya punya 2 sketsa yang ingin saya ceritakan.
Sketsa Pertama..
Seorang keluarga jauh saya, bekerja menjadi karyawan sebuah pabrik elektronik dengan gaji UMR di kota. Bahkan desus-desusnya, pabrik itu sedang gonjang-ganjing. Aljabar finansial memaksanya untuk hidup sangat hemat. Sebuah kehidupan yang pas-pasan bersama seorang istri dan 2 anak yang sudah bersekolah.
Namun tiba-tiba, dia mudik dengan membawa mobil yang cukup mentereng. Tentu saja hal ini sangat membanggakan orang tuanya. Tak henti-hentinya sang orang tua bercerita kepada saudara dan banyak orang mengenai si anak yang telah menjadi orang sukses di kota. Orang-orang pun berdecak kagum dan memuji habis-habisan. Tambah kembang kempislah sang orang tua, karena mendapat pujian di sana-sini. Semoga tidak terjadi kesombongan di hati mereka.
Namun ternyata beda mulut, beda cerita. Di depan saudara-saudara lain, si anak justru bercerita. Demi pulang membawa mobil baru, si anak tersebut terpaksa menggadaikan sertifikat rumahnya. Dia ingin dihargai di kampung halamanya. Dia malu tidak dianggap kaya dan ingin disanjung di kampung halaman. Selain tujuan mulianya, ingin membanggakan orang tua.
Demi rasa gengsi dan keinginan ingin membuat orang tua bangga itulah, jalan “hutang” diambilnya, tabungannya pun ludes.

Saya tidak berani berkomentar macam-macam. Tapi bagaimana jika demi “gengsi” itu, akhirnya rumahnya yang tidak mudah didapatnya itu tidak tergapai lagi? Ah sudahlah, Saya hanya berharap, planning pilihan saudara saya untuk membeli mobil bagus demi mudik sesuai rencananya. Sehingga ketika kembali ke kota, dia bisa menebus sertifikat rumahnya kembali.
Tapi sangat disayangkan ketika tujuan mudik kita diwarnai tujuan untuk pamer atau riya’. Sebenarnya memang tidak merugikan siapa saja, hanya saja kenapa tidak “be my self” saja? Saya pikir, pilihan “be my self”lebih nyaman ke depannya
Lagi-lagi, tidak mudah juga untuk “be myself, karena masih banyak orang yang memandang bahwa orang yang sukses adalah orang yang punya harta dan jabatan. Betul tidak ya? Kalau salah, berarti anda bukan salah satu yang berpendapat seperti itu. Saluut..!

Sketsa kedua..
Mudik sama dengan membawa hasil bumi kampung halaman. Itu adalah motto mudik Om saya yang sudah lama bermukim di kota. Secara finansial yang terlihat mata, dia terhitung menjadi orang sukses atau berhasil. Dia punya jabatan, rumah mewah, mobil mewah dan standar kesuksesan lainnya. Kehidupannya sangat settle.Anak-anaknya pun terlihat gaul bergaya kota dan mengenyam pendidikan di sekolah-sekolah bonafid .
Namun begitu, dia sekeluarga punya tradisi, bahwa ketika mudik, mereka sekeluarga harus tidur di rumah keluarga meskipun posisi tidur seperti “jemuran pindang”. Mereka makan dengan makanan yang disuguhkan. Padahal jika mau, tidur di hotel dengan fasilitasnya pun, mereka mampu.
Satu lagi hal yang penting yaitu ketika kembali ke kota-nya, mereka harus membawa hasil bumi kampung halaman.
Sehingga tanpa malu, bagasi mobilnya mewahnya akan penuh dengan singkong, ubi, kelapa, buah dan daun mlinjo, mangga, petai dan buah-buahan lain sesuai musim yang ada. Baginya, barang-barang dari kampung halaman itu tidak sekedar oleh-oleh. Namun sebuah restu dan pengingat daerah asalnya.

Dua buah kasus nyata yang berbeda bukan?
Jika dibandingkan sketsa pertama, saya lebih bangga dan lebih menilai positif dengan sketsa mudik yang kedua. “Budaya” mudik dari sketsa kedua lebih terasa hangat dan memiliki pesan moral yang tinggi.
Sebuah kerendahan hati ketika pulang ke kampung halaman, bukan sebuah kesombongan karena ingin dianggap kaya.
Sangat salut ketika seorang pejabat sukses tidak malu dengan asalnya. Dia mampu tapi dia tidak menyalahgunakan kemampuan itu dengan tujuan pamer.


Sketsa-sketsa lain masih banyak. Namun silahkan mengamati sendiri.
Tapi menurut saya, mudik adalah tradisi positif untuk tetap menjaga tali silaturahim dan ber-birul walidain kepada orang tua. Tidak perlu hanya demi gengsi dan pamer, melakukan sesuatu yang sekiranya melebihi kemampuan kita. Sewajarnya dan semampunya saja. Toh, orang tua hanya menginginkan bakti kita. Jika memang kondisi “berlebih” lakukan sebanyak yang mampu dilakukan untuk membanggakan orang tua. Jika memang masih “pas-pasan”, jujur saja dan lakukan sebisa yang kita bisa. Dengan ketulusan, maka “dampak” penghargaan akan tetap kita dapatkan.

The art of Idul fitri..
Meski tidak semua daerah atau negara heboh dengan “ritual” lebaran bernama mudik ini. Namun sebagai sebuah tradisi positif dan unik, tidak salah jika dilakukan jika kita mampu melakukannya. Ikatan persaudaraan akan lebih erat, jika saling menyapa, bertemu, menolong dan sebagainya.
Keep in touch di setiap kesempatan, karena…
BERSAMA ITU INDAH..!



(Didedikasikan untuk My Brother In Yogyakarta, Mas Bayu. Your request, brother!)

17 September 2009

The Final Destination Of Nordin_17 September 2009

Islam mengajarkan, ketika kehilangan, kematian, berduka atau tertimpa musibah melanda maka ucapkanlah Innalillahi wa inna ilaihi roji’un. Namun berita terbaru bagi masyarakat Indonesia pada tanggal 17 september 2009 ini adalah “berita kehilangan, kematian dan musibah” yang membahagiakan, yaitu tewasnya Nordin M Top. Sebagian besar atau seluruh masyarakat Indonesia bisa jadi justru mengucapkan Alhamdulillah dan bukannya Innalilahi wa inna ilaihi roji’un.

Saya adalah seorang muslim..
Namun saya tersenyum ketika seorang “uztad” muda (saya lupa namanya) yang konon kenal dengan Nordin M Top dan pernah menjadi rekan sesama jamaah islamiyah berbicara di sebuah stasiun televisi. Dia memang mengatakan tidak setuju dengan paham jihad yang dibawa oleh rekannya tersebut. Namun dari pembicaraan yang disampaikan, tetap saja menyiratkan bahwa dia bangga dengan sosok Nordin M Top.

Dalam wawancara tersebut, “uztad” itu mengatakan bahwa Nordin adalah orang yang taat dengan islam dan bertanggungjawab. Dia sangat benci Amerika dan antek-anteknya. Dia tidak sembarangan memilih orang yang dijadikan “pengantin” bom-nya. Orang-orang yang dipilih menjadi “pengantin” adalah laki-laki yang kuat paham agamanya dan tidak punya tanggungan anak dan istri alias bujangan.
Aiih..ini uztad, benar-benar “uztad” atau sekedar bertampang “uztad” saja sih.

Satu komentar yang tercetus dari saya, ” Apa uztad ini tidak malu ya, karena ternyata para pelaku bom bunuh diri adalah laki-laki beristri dan telah mempunyai amanah anak. Bagaimana nasib anak dan istrinya. Bukan sekedar kehilangan seorang suami dan ayah, tapi mereka juga “kehilangan muka” karena dicap keluarga teroris. Dimana letak tanggungjawabnya sebagai manusia yang katanya berpaham agama kuat jika amanah Allah tidak dijaga sebaik-baiknya?”


Jika pak Uztad tersebut baca tulisan ini, aku ingin bilang..”Hati-hati dong kalau bicara, cek dulu data-datanya.”
Tapi untungnya, dia bukan orang terkenal sehingga harus klarifikasi ucapannya. Bahkan mungki masyarakat tidak begitu memperhatikan atau sudah melupakannya. Dianggap angin lalu saja.

Tapi sudahlah, tidak perlu dipermasalahkan. Toh, Nordin “mo” Ngetop tersebut sudah tewas sekarang.

Jihad ala harakiri? Lihat dulu kondisinya dong..
Islam melaknat orang yang melakukan bunuh diri. Bahkan dilarang untuk disholatkan. Itu sudah ada aturannya dalam Al Qur’an.
Nordin mengklaim bahwa tindakannya melakukan bom bunuh diri di tempat-tempat yang notabene ada unsur-unsur Amerika, adalah sebuah Jihad. Dia mengatakan dalam sebuah video bahwa musuhnya adalah Amerika..titik!

Tapi..
Kenapa dia melakukan bom bunuh diri, ketika dia terdesak di Kepuhsari, Mojosongo. Dimana letak unsur-unsur Amerikanya?
Hanya sebuah perbuatan sia-sia kan? Menurut saya, dia sudah kehilangan haknya untuk disholatkan layaknya seorang muslim yang meninggal. Tapi, wallahu a’lam bi showab. Jika pembaca tahu hal yang lebih benar tentang pendapat saya, silahkan melakukan koreksi.

Saya pikir, seorang Nordin hanya mempunyai sebuah gengsi dan bukan benar-benar semangat jihad.
Dia tak ada bedanya kisah Jepang klasik, dimana ada kisah-kisah Harakiri alias bunuh diri ala jepang. Namun di Jepang, kisah itu pasti ada alasannya. Dan menganggap lebih terhormat mati bunuh diri dengan samurai alias harakiri daripada harus menyerah pada musuh.
Saya menghargai kisah harakiri ini. Selain paham agama yang berbeda, juga budaya Jepang yang tidak saya pahami. Saya hanya ingin membandingkan si Nordin “mo” Ngetop dengan klaim jihad bom bunuh dirinya, dengan kisah harakiri Jepang yang tidak berpaham jihad. Sama saja. Hanya kisah seorang yang malu mengakui kalah.

Kemenangan itu dari Allah..
QS An Nisa ayat 100, tertulis bahwa :
Mereka dapat bersembunyi dari manusia, tapi tidak dapat bersembunyi dari Allah, karena Allah beserta mereka. Ketika pada suatu malammereka menetapkan keputusan rahasia yang tidak diridhai-Nya. Dan Allah maha meliputi terhadap apa yang mereka kerjakan.
QS An Nisa ayat 111, tertulis bahwa :
Dan barang siapa berbuat dosa, maka sesungguhnyadia mengerjakannya untuk kesulitan dirinya sendiri. Dan Allah maha mengetahui, maha bijaksana.

Ya Rahman..Ya Rahim..Ya Mu’min..
Allah maha pengasih..Allah maha penyayang..Allah maha pemberi keamanan
Allah masih mencintai Indonesia..
Bisa jadi semua hal yang terjadi di bumi Indonesia hanya sebuah peringatan karena sayangnya kepada Indonesia agar tidak “meleng” jalannya.

14 September 2009

I Believe I Can Fly..?

Ketika kita belum sukses-sukses juga. Bisa jadi karena kita belum memberi cukup banyak kepada banyak orang lain.

Setuju dengan kalimat di atas?

Saya berpikir sejak 2 hari yang lalu. Beberapa waktu lalu, saya memutuskan untuk menyukai sebuah "secret". Saya tidak pernah benar-benar open up dengan orang lain. Apa pun perasaan saya, entah itu bahagia, sedih, jengkel atau jenis lainnya, akan selalu tertutupi dengan baik.
Tapi setelah dipikir-pikir, ternyata sistem "secret" tidak membuat perkembangan yang baik untuk emosi saya. Lebih baik benar-benar bisa open up dengan syarat ada pengendalian diri. Ketika marah, salurkan atau utarakan hal-hal yang menjadi penyebab kemarahan. Ketika bahagia, ungkapkan juga. Bagi saya, semua itu butuh latihan.

Why? Karena...
Ketika orang lain mengetahui kondisi perasaan kita, mereka akan lebih mengakui bahwa kita punya kepribadian yang baik dengan emosi yang lengkap. Hal itu juga bisa melatih kita mengontrol output kualitas psikologis kita baik secara pribadi maupun pada orang lain.

Sebuah contoh? Emm..

I Believe I Can Fly..
Sangat susah menceritakan mimpi-mimpi dan obsesi kita kepada orang lain yang beda paham kehidupan. Bisa jadi semua cerita kita dianggap lelucon saja.
Tapi, setelah dipikir-pikir..ternyata pendapat itu tidak 100 % benar. Ketika kita punya mimpi atau sebuah cita-cita, ceritakan kepada orang lain. Bisa jadi itu sebuah kesungguhan niat kita. Jika cemoohan datang, satu hal yang harus dilakukan yaitu cuek saja. Semua respon atau komentar yang terlontar baik positif atau negatif, bisa menjadi sebuah doa yang indah.
Jika respon positif, artikan saja pemberi komentar itu tulus mendoakan kita. Jika respon negatif, artikan bahwa semua kalimat negatif yang telah diucapkannya hanya menjadi doa untuk si pembuat ucapan itu sendiri.

Jadi..
Jangan berhenti membuat cita-cita/rencana-rencana indah dalam hidup kita. Yakin saja, semua cita-cita/rencana-rencana indah itu akan terwujud pada waktunya.
Dan..ucapkanlah!

One..Two..Three..Go..!!!

06 September 2009

In Memoriam For ARRY PRATAMA NR

Usil agak jahil..
Baik hati..
Kaya tapi dermawan..
Percaya diri ketinggian..

Mungkin itulah kesan yang aku ingat tentang sobatku satu jurusan, satu tim kerja praktek (KKL) dan satu dosen pembimbing ini. Oh iya, dia juga cukup setia mengejar cintanya. Meskipun si gadis jinak-jinak kasuari (bukan merpati..hihi..!), tapi Arry mah maju terus pantang mundur. Akhirnya, dapat juga..

Dulu..
Hanya sekedar suntuk dengan skripsi, Aku,Henny, Arry dan kekasihnya, puter-puter sampai ke kali bebeng untuk refreshing. Posisi aku dan Henny seperti pengawal sepasang kekasih aja..hehe. Whatever, Arry is good frend..
Arry pernah menemani aku menunggu "seseorang" di stasiun Lempuyangan, meskipun kereta datang sangat telat. Banyak juga, cerita tentang Arry..
Setelah lulus S1, konon dia langsung melanjutkan ke s2 biaya sendiri. Berbeda dengan aku yang sibuk cari duit tentunya. Berita "sakit"nya, memang sudah aku dengar lama. Namun aku pikir, semua akan kembali baik-baik saja. Arry yang mobile dan baik hati, akan selalu seperti itu.

29 Agustus 2009..
Sebuah kabar duka masuk. Arry PNR sudah berpulang kepadanya, karena gagal ginjalnya. Inna lillahi Wa Inna Ilaihi Roji'uun..
Yang sudah terjadi, memang sudah digariskan. Aku hanya bisa berdoa semoga Arry Pratama NR akan mendapat tempat yang layak di sisiNya.
Amin..

SELAMAT JALAN ARRY PRATAMA NR..SELAMAT JALAN temanku yang unik..!
Semoga perjalananmu di dunia baru sana tanpa hambatan. Semoga dikau termasuk lulus "cumlaude" di kampus fana ini..

Spiritual Building Training

4 September 2009..
Sebuah sensasi luar biasa ketika aku mengikuti "spiritual building training"nya Pak (mas saja ah..!hehe) Andi Kusumabrata. Mungkin biasa bagi sebagian orang, tapi karena aku sangat menghayatinya..jadinya luar biasa.
Banyak hal dalam hidup, seringkali tersepelekan keberadaannya. Padahal sesuatu dalam hidup kita selayaknya harus dihargai semuanya, meskipun sekedar "makan siang dengan kecap". Tidak ada yang akan terjadi, tanpa ijin Allah.
Meskipun siang hari kita lapar sekali, belum tentu "Makan siang dengan kecap" pun akan terjadi jika Allah tak mengijinkan. So, kelaperan deh..

Be gratefullness, be patience, be simplicity to get our personal happines. Mau lebih lengkap?
Loving, forgiving, giving to the others make me feel happy more. Semua itu harus disajikan dengan "garnish" SURRENDER to our God..ALLAHU AKBAR..!!
Without understanding, we can"t do anything well..

Selamat beribadah ramadhan..be a trully winner!!