30 September 2009

Gempa Oh Gempa..!

Pertiwi diguncang lagi..
Lagi-lagi bencana itu datang kembali untuk kesekian kalinya. Pedih saya melihatnya meskipun hanya melalui layar kaca. Tatapan panik dan ketakutan, jerit tangis anak-anak yang di-shoot berkali-kali di metro tv, membuat hati saya ikut pedih. Lebih dari sekedar sebuah empati.

Saya bisa merasakan ketakutan mereka. Tidak akan jauh berbeda seperti apa yang saya rasakan pada tanggal 27 Mei 2006 silam. Sebuah ketakutan yang luar biasa ketika bumi yang biasa diam meskipun kita injak-injak, tiba-tiba bergerak. Meskipun hanya hitungan menit, namun luar biasa takutnya.

Awalnya, tentu saja tidak menduganya..
Ketika saya ( lebih tepatnya kami, karena ada 2 orang sahabatku yang lain) berada di sebuah rumah di jalan Parangtritis, milik salah seorang teman. Malam hari kita habiskan dengan bercanda, tertawa dan bercerita hingga akhirnya tertidur. Tidak akan menduga, karena merasa Yogyakarta adalah kota yang nyaman dan aman.

Keesokan harinya..
Pagi hari yang heboh, ketika tiba-tiba bumi berguncang. Sangat panik. Bahkan karena paniknya kami yang berada di dalam rumah dalam kondisi pintu terkuci, tidak bisa membuka pintu. Di luar, teriakan warga semakin gaduh.
Tapi alhamdulillah, pintu yang sempat macet akhirnya terbuka. Meski saling dorong, kami pun bisa keluar dari rumah yang telah rubuh sebagian.
Persendian terasa lemas sekali karena takut yang luar biasa. Perihnya kulit yang terluka tanpa sengaja atau terbentur sesuatu, tidak dipedulikan.
Kondisi semakin panik, ketika ada teriakan tsunami. Mau tak mau, isu tersebut menciptakan ketakutan lagi. Cepat-cepatlah kami menyelamatkan dokumen penting yang sekiranya bisa dibawa.
Alhamdulillah, motor kami yang sempat jatuh bertumpukan masih bisa dioperasikan. Alhamdulillah lagi, karena semalam bensin sudah terisi full.

Jalan Parangtritis cukup mengerikan saat itu..
Sepanjang jalan, terlihat bangunan besar yang mengalami kerusakan hebat bahkan roboh. Orang-orang yang berkumpul bahkan berdarah-darah. Ngeri rasanya..
Berdua dengan seorang sahabat, kami menangis sepanjang perjalanan menuju Solo. Mungkin kombinasi sebuah perasaan shock dan takut yang baru teralami berpadu dengan perasaan syukur karena Allah masih memberi kesempatan hidup pada kami.
Sepenggal kisah tentang gempa.

Kisah itu mungkin hanya menjadi cerita selintas lalu sekarang. Tapi, lagi-lagi lebih dari sekedar empati kepada korban gempa yang lagi-lagi terjadi. Baru beberapa saat kemarin gempa di Jawa Barat, sekarang gempa terjadi di Sumatra.
Ada apa dengan Indonesia? Ini adalah kata-kata dari Syair lagu Ebiet G. Ade meskipun tidak lengkap karena tidak begitu hapal.
Silahkan dibaca, UNTUK KITA RENUNGKAN.

“..Anugerah dan bencana adalah kehendaknya
Kita mesti tabah menjalani
Hanya cambuk kecil agar kita sadar
Adalah Dia di atas segalanya
Ini bukan hukuman hanya satu isyarat bahwa kita mesti banyak berdoa
Memang bila kaji lebih jauh, dalam kekalutan masih banyak tangan yang tega berbuat nista
Tuhan pasti telah memperhitungkan
Amal dan dosa yang kita perbuat
Kemanakah lagi kita akan sembunyi
Hanya kepadanya kita kembali
Tak ada yang bakal bisa menjawab
Selain sembah sujud kepadaNya..”


Indonesia sedang diingatkan Allah dengan sedikit sentuhannya. Sedikit saja sudah begitu mengerikan bukan..??


(Didedikasikan untuk sahabatku, Anny dan Annisa. Terima kasih telah menginjak kakiku sehingga aku terbangun. Jika saja kakiku tidak kalian injak saat itu, entah apa yang terjadi. Serta untuk ibu dan keluargaku yang sangat cemas saat itu)

1 komentar:

burtuqalun mengatakan...

3 tahun yang lalu ... ha ha ha ... dan untunglah aku selamat dan bisa comment di sini ...