19 Februari 2010


When i breath, when i eat..
Thank you Allah..!!


In the night or in the day..
feel all right or not so strong..
Thank you Allah..!!

The sky is clear, The air is cean, The land is green.. 
Thank you Allah..!!

 





13 Februari 2010

"Bayi" 1 tahun yang cantik menemaniku...
Indahnya jalan-jalanku pagi ini bersama teman kecilku ini. Udara Bogor yang sejuk-sejuk panas, meskipun angkot-angkot sudah memadati jalanan..
Mumpung belum hujan, kita berdua jalan-jalan..

Pandanganku tertarik pada sesuatu yang baru aku baca lewat brosur kemarin.
Ada sebuah perumahan baru.
Rumah mungil, asri, sepi tapi dekat dengan fasilitas, dekat dengan jalan angkot tapi tidak langsung bertemu muka jadi terlindung dari polusi, uang muka dan cicilan murah relatif pula.
Ada halaman yang lumayan/cukup untuk tempat bermain. View-nya bagus pula.
Rumah yang menarik.
Pengeen..!

Aku tanya pada teman kecilku, " Adek suka?"

Tetap diam, tetap terayun-ayun menikmati musik lembut yang aku dengarkan di telinganya. Tentu saja dia tidak mengangguk, tidak pula menggeleng. Sepertinya dia lebih menikmati duduk di gendongan ranselnya. Namanya juga Bayi 1 tahun..hehe.

Hemmh..pulang saja deh. Hari ini cukup lihat-lihat saja.
Dari jauh terdengar lagu peterpan terdengar..

"Lupakan semua, tinggalkan ini..
      Aku akan tenang dan kau akan pergi..
            Berjalanlah walau habis terang,
                    Ambil cahaya cinta untuk menerangi jalanku..
                         


(Bogor, jalan-jalan bersama ponakan kecilku-Rania)


11 Februari 2010

Bangun dong, Ipang..!!

  
Judulnya kaya Judul serial Lupus ya? Emang pas untuk temanku yang satu ini.
Emmhh…
Aku memandang wajahnya dari samping dengan “effect” siluet, “Wah, mirip Lupus..! Coba pake tambahan permen karet yang dah ditiup besar..wah, tambah mirip..!”

Ipang namanya..
Dalam film kita yang berjudul “Timor 3 love story”, Ipang berperan sebagai anak lelakiku..hehe.
Sudah tua-tua masih suka main “film-film”-an ya?
Yah, kan ada petuah bijaknya bahwa..
Menjadi tua itu pasti, tapi menjadi dewasa itu pilihan..
(Betul..?? hehe)

Anak lelakiku, Ipang ini..
Meski penampilannya still cuek, tapi anaknya cakep lho. Tengil-tengil dikit..
Rambut rada gondrong, dengan baju pas di badan dan berkulit bersih. Sorot matanya tajem berbulu mata tebal dan lentik, walaupun badannya terbilang ceking..
(Ceking dalam bahasa indonesia  mah kurus, begitu ya pembacaku yang tidak bisa bahasa jawa..)
Wajahnya berkesan tanpa dosa. Ipang memang “amat” menarik (maksudnya “amat”nya yang menarik..hehe)
Karakter diam yang penuh misteri dan ganteng yang tanpa basa-basi, terus terang membuat nggak sedikit cewek yang melirik ke Ipang..
(Terutama yang merasa duitnya dipinjem Ipang..hihihi)

Sebenarnya, awal kenalku dengan Ipang..ahh, biasa saja.
Tapi, setelah aku benar-benar kenal Ipang, ketika kami sama-sama bertugas dalam sebuah tugas, pelan-pelan (bener-bener pelan-pelan), barulah saya tahu..
Bahwa diamnya Ipang ternyata punya sesuatu yang lain, yang saya anggap dahsyat sekali..
(Ceileee..dahsyat..?)
Apakah itu?
Apa ya.? Emmh..baru saya pikirkan juga apakah itu..hihihi.

Ipang punya gaya yang “Ipang bang-geets’..
Ipang yang kucing (malu-malu), kalau berpapasan dengan cewek yang disukai. Setelah moment ketemu cewek seperti itu, biasanya Ipang akan datang, kemudian bilang dengan nada mengadu..” Aku kan senang. Kalau senang kan jadi malu..hi..hi..hi..!”
Benar-benar menggemaskan untuk dijitak..

Tapi Ipang juga punya sisi payah juga..
Setelah melakukan interview dengan respodennya langsung yaitu si Ipang sendiri, bahkan telah dibuktikan pada beberapa hari yang lalu, Ipang memang payah dalam hal bangun pagi.
Bagi Ipang, matahari itu bukan terbit dari timur, tapi dari tengah..hehe.
Tapi dari pengamatanku sebagai “simbok”nya yang baik ketika di NTT, Ipang bukannya tidak bisa bangun pagi. Dia Cuma tidak mau saja.
Mungkin sengaja, biar ayam-ayam tidak tersaingi olehnya. Jadi, Ipang sengaja bangun telat biar ayam-ayam tidak malu karena keduluan.
(wikikikik..!)

Oh iya..
“Anak lelakiku” Ipang ini, punya cita-cita besar lho..
Yaitu selau kepengen membalas surat-surat dari para penggemarnya baik “surat” berupa sms, FB, atau sejenisnya. Bahkan penggemar yang tidak mengirim pun dibalasnya juga..(hehehe, kerajinan euiiy..).
Tapi sebagai simbok yang baik, maka aku akan berkata “ “Lanjutkan, anakku..!” Begitu nasehatku.
(hihihi..sama-sama kurang 1 ons..!)

Tapi, aku punya pengalaman spiritual dengan anak laki-lakiku, Ipang ini..
Pada suatu hari..
Demi tugas, kami berdua menuju sebuah kecamatan pemekaran yang menjadi bagian dari Kabupaten Timor Tengah Selatan, NTT bernama Fatukopa.
Medan yang berat, susah untuk diceritakan. Kecuali lewat gambar/foto..
Berdua naik motor yang serasa naik kuda. Tapi untunglah Ipang punya kemampuan naik motor yang baik..
Meski mulutku tak henti-henti mengomel, hati ketar-ketir, diiringi doa tak henti-henti, tapi akhirnya dengan perjuangan yang kompak, dibuktikan dengan tetap di satu motor (Yaa iyalah..memang tidak ada motor lain, hehe)..kita bisa keluar dari medan sulit itu dengan selamat.
Benar-benar “spiritual” kan? Meskipun dzikirnya lebih banyak dengan omelan-omelan yang membuat Ipang sebagai pemegang “kemudi”motor Bete minta ampun..hehe.

Anak lelakiku yang menawan..
(Uiih..!)
Semua kenangan indah itu akan menjadi semakin indah. Bagaimana kita selalu “bertikai” karena berebut wilayah kekuasaan untuk posisi ngentry yang nyaman, bagaimana rebutan air bersih ketika tinggal di tempat yang susah air, rebutan apa lagi ya? Ahh, rebutan yang tidak penting-penting begitu adalah keseharian kita..
Aku juga akan selalu ingat, bagaimana kau membuatku menangis ketakutan ketika hari pertama di basecamp yang berupa rumah dikelilingi hutan kemiri, dinding retak-retak dan sudah lama tidak berpenghuni, gelap tanpa listrik dan sepi, yang konon cerita beberapa orang, sering ada penampakan.
(Hiiiiy..!)
Tapi aku juga akan mengingat, bagaimana memelasnya ekspresi wajahmu setelah kepalamu digigit kalajengking.
(Benar-benar jadi tidak tega menjitaknya..oohh..!)

Oh iya, ada satu hal lagi tentang anak lelakiku ini..
Ipang butuh “sesaji” setiap harinya. Tidak perlu muluk-muluk, Cuma kopi dan rokok saja. Itu makanan pokoknya. Mungkin nasi hanya camilan saja baginya, hehe.

Emmhh..cukup susah menuliskan sesuatu yang agak “pujangga-isme” untuk anak lelakiku ini.

Eits tapi tunggu dulu Ade’..
Ada pantun untukmu nih..

Jalan-jalan ke pinggir empang
Nemu guci buatan Jepang
Hati siapa yang tidak bimbang
Jika ketemu Ipang tersayang
(Cieee..!!)


Ah, ada satu lagi De’..

Ada gula..
Ada semut..
Biar gila..
Tapi Imut..
(Lahyaaww..!Hihihi)

Sudah ya, cukup 2 pantun saja..(kaya iklan KB, 2 aja cukup! Hehe..)
Bagi pembaca yang penasaran, silahkan membuktikan keimutan anak lelakiku ini via facebooknya..Ipank Curank..yah!

Dan..
Apapun yang terjadi De’.. 
Aku akan tetap memanggilmu..” De’ Ipaaaaangg..!!!” 
Dengan tambahan..” Dek Ipaaang…banguuuun..!!!”


                                                                                                 Sweet memories dari NTT bersama DG-ers,
Special untuk Ipang



09 Februari 2010

Si “Tante Amerika” Cantik-ku..

Sister yang ingin aku bicarakan ini adalah seorang cantik. Lensa matanya berpijar seperti bintang, dengan bulu mata yang lentik. Sangat cantik..
Tidak percaya? Harus percaya..
Kalau tidak percaya, buktikan dengan meng-Add  nama Dyah Kartika di Facebook kalian..(Lho, malah iklan ya?hehe)

Sister-ku yang satu ini..
Merupakan salah satu contoh AJM…kepanjangan dari Anak Jawa Modifikasi..hehe.
Secara hukum KTP, dia lahir dan berdomisili di Yogyakarta. Namun wajah-wajahnya, tidak  begitu menyiratkan seorang pribumi jawa. Menunjukkan nuansa sedikit ada india atau arab, atau mungkin agak sumatera.
Entahlah..
Yang jelas sister-ku ini cantik meskipun terlihat judes pada kesan pertamanya..hehe. Jadi untuk hal ini, jangan percaya pada kesan pertama ya..
Tapi, Itulah sebabnya kenapa cocok dengan julukan “Tante Amerika”..
(Hehe maaf ya Diy..!)

Salut sekali dengannya..
Sister-ku ini bukan tipikal wanita lemah dan manja. Malah cenderung perkasa. Bisa angkut-angkut, tebang pohon, nyangkul..(hehe, tidak ding..!).
Seorang yang mandiri dan “nekad” berani. Kenapa ada kata “nekad”nya? Karena sering membuat khawatir dengan pergi sendirian di daerah yang sepi/rawan, tidak pulang-pulang pula.

Bagi sister-ku ini..
Dia punya kata-kata mutiara bahwa “NO WATER-NO CRY, NO BATHE-NO CRY” juga. Waterproof  euiiy..!! hehe.
Menyesuaikan kondisilah..
Dia juga punya hobby cuci piring..
Sehingga, demi menghormati hobby-nya maka teman-teman mempersilahkan “tugas mulia” itu untuk dilakukan olehnya.
(hihihi..padahal terpaksa ya jeng, karena tidak ada yang beranjak untuk cuci piring..hehe..)
Sebagai kolega yang baik, maka aku akan mendampinginya dengan menerima piring yang sudah bersih atau bilas-bilas saja..hehe. Kerjasama yang bagus bukan?
Meski tidak selalu sih, hehe.


Tapi, meski terlihat gagah, tegar, perkasa..
“Tante Amerika” cantik yang satu ini, sangat sensitif perasaannya. Jika jiwa sensitifnya keluar, mungkin lihat film donald bebek bisa nangis tersedu-sedu dia..(lagi-lagi tidak ding..!)
Yang jelas..
Dia cukup peka dengan semua hal yang terjadi. Dia sangat hati-hati dengan hal-hal yang dilakukan. Hanya saja, seringkali emosinya tidak stabil jika sudah merasa agak tertekan terhadap sesuatu yang membikin perasaanya tidak baik-baik saja.
Namun, sejauh ini..
Sister-ku ini adalah seorang pengendali diri yang baik.

Aku ingat..
Pada suatu hari di Noemuti, Dikau pernah berkata..
“ Ketika aku banyak melalaikan Tuhan, seringkali Tuhan menamparku dengan sebuah masalah atau kejadian-kejadian..”

Sebuah kalimat yang layak direnungkan tidak hanya untukmu, tapi untuk aku, dan teman-teman pembaca semua..
Bahwa..
Ada satu kekuatan yang berada dia atas segala kekuatan yang ada. Percaya bahwa Tuhan itu ada..
Setujuu..!!!

Ah, “Tante Amerika” cantik-ku..
Teruslah menjadi wanita yang tegar dan perkasa. Manja-manja dikit bolehlah, untuk yang special-special saja manjanya.
Tetap jadi sister-ku ya.
Sebuah pesan untuk “Tante Amerika” cantik-ku.
Tidak ada sesuatu di dunia ini yang sempurna, sayang..
Kesempurnaan manusia adalah memiliki kelebihan dan kekurangannya sekaligus.
Ketika yakin semua hal yang kita kerjakan atau kita inginkan sempurna, ternyata Tuhan bekerja dengan memberikan sedikit cela di sana.
Jangan langsung patah semangat ya..!



Sweet memories dari NTT bersama DG-ers,
Special untuk Dyah Kartika



Mr. Cinn…!!

Pagi yang indah di Kefamenanu Selatan.
Tiba-tiba, ada seorang laki-laki muda menyapa..” Selamat pagi, Cinn..!”
Ah, ternyata temanku sendiri..

Mr. Cinn tentu saja bukan nama sebenarnya. Awalnya, sama sekali belum kenal. Belum pernah ketemu muka dan nama.
Namun..
Kita sudah “dekat” meski aku belum hafal namanya.
(Lho, kok bisa dekat tapi belum tahu nama?)
Tentu saja, karena kita bersebelahan duduk di dalam bus yang membawa kami dalam perjalanan menuju Surabaya.
Dekat kan..? Cuma beberapa sentimeter..hehe..!

Mr. Cinn..
Adalah seorang yang pendiam kelihatannya, relatif cool, rapi dan “berwajah wudhlu”. Namun meski tidak terlalu banyak bicara, sekali berkomentar..maka ucapannya ibarat “smash” dalam pertandingan bulutangkis.
Jika tidak siap dengan tangkisan ucapan, terasa seperti mencela atau bahkan meremehkan lawan. Itu kata teman-teman.
Tapi bagiku, Mr. Cinn mah baik-baik saja kok..hehe.

Perawakannya..
Sedang cenderung kurus, Tidak pendek tapi juga tidak begitu tinggi dan  berkulit putih. Bayangkan, efek matahari NTT yang terasa menyengat dan menghitamkan kulit, tapi tidak begitu berefek di kulit Mr. Cinn. Hanya memerah sedikit saja, yang akan hilang beberapa saat kemudian.

Pada suatu malam diiringi bisingnya suara genset..
Aku dan Mr. Cinn bercengkrama di ruang tamu..(Serasa ruang tamu itu milik berdua..hihihi..)
Padahal, milik kecamatan tuh karena rumah dinasnya camat. Lagipula, di ruang tamu itu ada 10 orang lagi yang duduk merata sampai ke teras rumah. Mencari posisi duduk yang nyaman sambil melakukan kesibukannya sendiri-sendiri.
Ada yang main gitar, ada yang sms-an, ada yang ngobrol, nyanyi, ngopi, njemur baju, nyuci, jahit, nyulam..(4 aktivitas terakhir yang disebutkan boong bangeets, hehe) 
Tapi aku dan Mr. Cinn pilih ngobrol..
Aku bertanya, “ Jika ada kesempatan keluar negeri, negara mana yang ingin kau kunjungi..?
Mr. Cinn balik bertanya, “ Kamu sendiri?”
Aku jawab, “Aku ingin ke Belanda dan Jepang selain ke Mekah tentunya.
Mr. Cinn menjawab, ”…………………………………………………….”
(Lho kok titik-titik? Penasaran kan?)
Masalahnya bukan karena rahasia atau bagaimana, tapi karena aku lupa jawaban pastinya. Seingatku Mr. Cinn menjawab Jerman.
Nhaa..sebelum kena protes karena salah, jika Mr. Cinn membaca tulisan ini, lebih baik diisi dengan jawaban yang benar ya..hehehe.

Obrolan yang lumayan lama..
Banyak cerita tentang rencana, keinginan, pengalaman, dan lain sebagainya yang menjadi bahan obrolan kita. Hanya satu yang tidak kita bicarakan yaitu tentang hati..hehehe..
( Becanda lho Mr. Cinn..)

Pada kesempatan lain, Mr. Cinn pernah berkata bahwa..

Ketika kamu merasa takut dengan sesuatu..
Pandanglah lekat-lekat “sesuatu” yang membuatmu takut itu..
Perasaan takut itu hanya godaan dari khayalanmu yang tidak nyata..
Semakin kau cermati dengan seksama sumber takut itu..
Kau tidak akan takut lagi..
Karena tidak ada yang perlu ditakutkan disana..

Kalimat itu diucapkan oleh Mr. Cinn pada waktu aku cerita bahwa aku takut dengan gelap dan sepi..
Meski aku sudah mencoba melakukannya, tapi tetap saja rasa takut itu berkuasa.
“ Yaah..gimana lagi Mr. Cinn..namanya juga penakut, hehe..!”

Sekarang..
Kita kembali ke dunia masing-masing. Mr. Cinn adalah bagian skenario Tuhan, sehingga aku bisa bertemu dengannya.
Ah, jadi ingat..
Kita pernah berkhayal, ingat tidak? Pasti jawabanmu..”Tidaaak..!”
Yaitu ketika ingin mengikuti sebuah lomba menulis. Dimana aku juara satunya dan Mr. Cinn juara duanya..hehehe.
(Memang ambil menangnya sendiri ya aku, hehe)
Tapi ternyata sekarang naskahmu sudah mau diterbitkan. Turut bahagia sekali, semoga benar-benar terjadi dan best seller..! Amin..

Sebuah kalimat untuk Mr. Cinn..
Sebuah perjuangan..
Selalu dimulai dengan kesabaran..
Dan diakhiri dengan kepasrahan..

Saling mendoakan untuk perjuangan kita masing-masing ya..!!




Sweet memories dari NTT bersama DG-ers,
Special untuk Rudi





Menutup mataku sejenak..
Berusaha melepaskan pemahaman atas siang atau malam, terang atau gelap,
waktu atau ruang..
Terasa..
Betapa tidak nyatanya ruang dan waktu sesungguhnya..
Sesuatu yang hidup dalam jam dan kalender..
Sebuah struktur yang diciptakan manusia berdasarkan kesepakatan bersama..
Pada akhirnya..
Jiwa manusialah yang penting..
For my day, 10 February..
Aku dilahirkan untuk bahagia..
Amien..


(hanya untuk perenunganku saja)

Pengen ke Bandung euiyy..!!! 
Pengen mengunjungi sebuah rumah disana..
Apakah masih seperti dulu suasananya..?
Ketika aku merasakan sebuah..
Home sweet home..


                                                                                                                Memori manis 2007 
untuk sebuah keluarga di Sedangserang, Bandung




Tiiit..tit..tit..!!
Layar ponsel menyala, terpampang sebuah tulisan :

Sadarilah..
Bahwa dirimu sangat istimewa.
Dan yang tahu adalah dirimu sendiri.
Di dunia ini ada hal yang kita punyai dan sering tidak kita sadari
Namun harus dikelola dengan baik.
Bersiaplah, bahwa ternyata “setiap” kita adalah 
membawa “pesan’..
Pesan untuk sebuah takdir.


Sebuah tulisan yang diterima “Sahabat”ku. Sederhana tapi penuh makna..
“Sahabat”ku menunjukkan pesan itu kepadaku.
“ Pesan sebuah takdir..? Menurutmu, apa maksud kalimat iu..?” Tanya “Sahabat”ku.

Aku mencoba memahami kalimat itu..
Seperti biasa, Aku akan selalu mengomentari sesuatu yang ingin dibagikan “Sahabat”ku kepadaku..

Aku mulai berkata dengan pelan tapi pasti :

“ Pertama-tama, kau perlu menyadari bahwa di dunia ini tidak ada yang namanya kebetulan. Segala hal terjadi karena suatu maksud yaitu sebuah SKENARIO besar atau penunjang dari sebuah skenario besar tersebut.
Pertemuanmu dengan siapapun di dunia ini, terjadi karena rancangan Tuhan untukmu.
Satu hal yang pasti harus kau yakini adalah..
Bahwa Tuhan tidak pernah menginginkan keburukan dan kejahatan untukmu, untuk aku atau untuk kita semua.

Sebuah contoh sederhana..
Bayangkan, betapa banyak manusia di dunia ini, betapa banyak manusia di Indonesia. Seandainya boleh memilih, tentu saja kita akan memilih bertemu orang-orang yang bisa membuat kita bahagia. Iya bukan?
Tapi ternyata tidak..
Meski probabilitas untuk bertemu orang-orang yang “menyebalkan” itu kecil, tapi ternyata kita tetap dipertemukan dengan mereka.

Pasti ada suatu rencana di balik pertemuan ini bukan?

Hanya saja, seringkali kita hanya berhenti pada perasaan negatif yaitu kekesalan terhadap orang yang “menyebalkan” ini, tanpa melihat pelajaran apa yang ingin diberikan Tuhan melalui orang-orang “menyebalkan”, yang datang dalam hidup kita ini..
Berlaku juga sebaliknya, jika kita bertemu dengan orang-orang yang menyenangkan.
Ada rancangan Tuhan pada semua hal yang terjadi..

Tidak perlu dibikin rumit..
Dalam kehidupan ini, kita dipertemukan dengan orang-orang yang memberikan kebahagiaan, perhatian, kasih sayang, sanjungan, pengertian dan cinta kepada kita. Tapi di sisi lain, kita juga dipertemukan dengan orang-orang yang membuat kita marah, sedih, kesal, kecewa, tersinggung dan mungkin teraniaya.

Mungkin, ada masa kita harus mengeluh dan mencari  alasan kenapa Tuhan mengirimkan orang-orang yang “menyebalkan” juga, jika orang-orang yang “menyenangkan” saja sangat banyak di dunia ini.
Kemungkinan yang kebenarannya tinggi adalah..
Mereka baik yang “menyebalkan” maupun yang “menyenangkan” memang sengaja diutus Tuhan untuk sebuah pelajaran.

Pesan dari sebuah Takdir..
Bahwa tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Melainkan bagian dari sebuah skenario besar hidup kita masing-masing..


Semua orang bisa mencela semaunya, 
mengeluh atau bahkan mengutuk..

Diperlukan sebuah karakter dan pengendalian diri untuk bisa memahami dan memaafkan..

Rahasia awal untuk bisa memaafkan adalah..
tidak menafsirkan apapun semaunya..

07 Februari 2010

Senin oh senin-ku......



Mengarungi hari-hari sepi..
Aku tanpamu..aku tanpamu..

Bila esok hari datang lagi..
Kucoba untuk hadapi semua lagi..
Aku tanpamu..aku tanpamu..

Bila aku dapat bintang yang berpijar..
Mentari yang tenang bersamamu di sini..
Ku dapat tertawa dan menangis denganmu..
Di tempat ini aku bertahan..

Aku masih tetap di sini..
Melewati semua yang terjadi..
Aku tanpamu..aku tanpamu..

Dst..



Pengen nyanyi niihh..!!!
Meski lagunya biasa terdengar dimana-mana..
Huuufff..!!


“ Sahabat”ku berteriak kegirangan..
“ Temanku, aku sangat bahagia hari ini. Sangat..sangat..bahagia..”

Aku menjawab kegirangan yang ditunjukkannya..
“ Apakah kamu yakin, bahwa kamu benar-benar bahagia..atau hanya sebuah kesenangan belaka..?”

“ Sahabat”ku terlihat bingung..

Aku melanjutkan kalimatku.. 
Seringkali perasaan senang menyamar menjadi perasaan bahagia. Sehingga mengatakan bahwa itulah kebahagiaan..

Otak VS Hati (Sebuah Persahabatan)


Pada suatu hari, aku sedang menikmati “makanan” sehatku. Tanpa sengaja, aku mendengar percakapan “Sahabat”ku dengan kekasihnya. Tidak sengaja aku menguping, hanya kebetulan mendengar.
Sang kekasih “Sahabat”ku berkata dengan lembut pada “Sahabat”ku, ”Tampillah apa adanya..! Karena aku menyukaimu yang apa adanya..”

Indah sekali, bukan?

Beberapa saat kemudian setelah Sang Kekasih pulang, “Sahabat”ku menemuiku dengan binaran-binaran cahaya di matanya. Terlihat berseri-seri..bertambah “cantik”. Aku tahu, sahabatku memang selalu nampak “cantik”..

Aku letakkan “makanan sehat”ku untuk menyapa kedatangan “Sahabat”ku ini..
“ Kamu tampak berseri sekali saat ini. Apakah karena kekasihmu?”

“Sahabat”ku mengangguk..
 “ Tentu saja. Dia terlihat sangat mencintaiku..”

Tentu saja, aku turut bahagia mendengarnya..

“Sahabat”ku melanjutkan kalimatnya..
 “ Dia berpesan kepadaku untuk selalu tampil apa adanya..”

Aku menanggapinya..
“ Oya? Menurutmu, kamu akan lakukan itu..?”

Dia menjawab dengan binaran indahnya..
“ Tentu saja..! aku mencintainya..”

Aku menganggukkan kepalaku untuk memberikan applaus dengan keputusannya itu..
“ Memang seharusnya. Kamu harus selalu tampil apa adanya..”

Setelah diam sejenak, “Sahabat”ku mulai mengalihkan matanya benar-benar mengarah pada diriku..
“ Selama ini, akulah yang selalu bercerita padamu. Aku ingin sekali mendengar cerita-ceritamu..”

Aku mulai tertarik dengan permintaannya..
“ Ceritaku? Apa yang kauketahui tentang aku..?” Tanyaku berbalik arah.
Aku dan “Sahabat”ku memang sangat dekat, tak bisa dipisahkan. Tapi dia tidak selalu tahu aku, sedangkan aku selalu tahu dia..

Kening “Sahabat”ku mulai mengernyit..
“ Setahuku, kamu jauh lebih baik dari aku. Kamu selalu membuatku menjadi baik-baik saja. Apa rahasiamu..?” Tanyanya.

Aku tersenyum sekilas..
“ Rahasiaku sangat mudah, yaitu aku tidak pernah tampil apa adanya..”

“Sahabat”ku terkejut dengan jawaban itu..
“ Aku tidak paham..”

Aku tersenyum kembali. “Sahabat”ku yang “cantik” ini seringkali menjadi sangat naif. Entah naif, entah bodoh, entah benar-benar polos..

Aku mulai menjelaskan..
“ Aku tidak memakai pedoman Be myself, tapi aku memilih kalimat nyaman untuk semua hal yang aku lakukan. Jika aku nyaman ketika aku menjadi diriku sendiri, aku akan lakukan. Tetapi ketika aku nyaman saat harus berlaku seperti orang lain dan melupakan keberadaan diriku sejenak atau sekedar tidak tampil apa adanya diriku, aku akan lakukan itu. Namun, bukan berarti aku memakai “topeng”.
Aku hanya mengambil pilihan “nyaman”..
Aku bisa menjadi baik..baik sekali. Tapi aku juga bisa jahat, namun hanya sejahat yang aku mau.
Aku melakukan sesuatu, karena aku suka melakukannya.
Kenapa aku begitu? Karena aku tahu kelemahan diriku sendiri. Aku rasa, tidak semua orang bisa menerima, ketika aku tampil apa adanya. Bahkan bisa-bisa, mereka yang jahat akan menggunakan kelemahanku itu untuk membuatku tidak nyaman.

“Sahabat”ku menanggapi..
“ Bisa berikan aku contoh..?”

Aku mengangguk..
“ Contoh mudah dalam hal sehari-hari yang sangat sepele dan bisa dilihat...Aku suka berparfum, aku suka tampil “tidak ala kadar”nya ketika siap bertemu orang, aku tidak suka memakai sandal jepit kamar mandi ketika keluar rumah, aku suka aksesoris jam tangan, aku suka menghiasi jemariku, dan sebagainya. Aku lakukan karena aku menikmatinya. Tanpa peduli ada permintaan dari siapapun.
Aku merasa nyaman dengan penampilanku, sehingga aku bisa tersenyum ramah. Efeknya,  orang lain juga akan ramah kepadaku. Lebih jauh, aku merasa diterima dengan tampilan awal itu.
Menurutku, sebuah kesan pada pandangan pertama itu penting menurutku. Setelah melihat, mereka baru akan mengenal bagaimana diriku yang sebenarnya. Saat itulah aku membutuhkanmu orang sepertimu, “Sahabat”ku..
Contoh lainnya, tentu saja masih banyak..
 
“Sahabat”ku menganggukkan kepalanya..
“ Apakah kekasihmu pernah memintamu untuk berubah..atau seperti kekasihku yang selalu meminta aku untuk tampil apa adanya..?”

Aku mengangguk dan tersenyum..
“ Aku dengan kekasihku, aku dengan saudaraku, atau bahkan aku dengan orangtuaku sekalipun adalah sebuah kesatuan yang tetap berdiri sendiri-sendiri meskipun bisa jadi ada pertautan darah atau hati di sana.
Selama aku melakukan hal positif, kenapa tidak jika aku mengambil pilihan untuk menjadi diriku, yang aku rasa adalah diriku dalam kondisi yang terbaik..
Mereka tidak selalu menyertai tiap detik kita bukan?

“Sahabat”ku mengangguk..
“ Menurutmu aku salah jika aku tampil apa adanya aku?”

Aku menjawab..
“`Sama sekali tidak salah. Memang seharusnya begitu..
Semua hal memang bisa berubah. Begitu juga dengan diriku. Hanya saja, jika diriku berubah, aku tetap merasa nyaman dengan perubahan itu. Tentu saja, perubahan ke arah yang lebih baik.
Satu lagi, “Sahabat”ku..
Aku tidak ingin menghancurkanmu, dengan cara  aku menyerupai dirimu 100%..”





Untuk Aku-sebuah otak yang berharga,
 untuk “Sahabat”ku-sebuah hati yang bernuansa






04 Februari 2010

Harta Terpendam


Berkuntum-kuntum kamboja putih terlihat menghiasi gundukan tanah yang dihiasi bata berplester, yang berfungsi sebagai pengaman agar tanahnya tidak longsor..

Pada suatu sore, ketika aku menemani “Sahabat”ku..

“ Bagian dari tubuhku sudah terpendam di balik tulang di bawah batu itu..” ,
Kata “Sahabatku” pelan.

Aku memandang ke sekeliling..
Pekuburan yang cukup besar. Konon cerita, pada jaman dahulu..pekuburan ini hanya digunakan untuk kalangan bangsawan dan keluarganya. Aku melihat ada beberapa cungkup untuk pemakaman para piyayi(sebutan untuk kalangan ningrat/terhormat), ada pamijen yang masih kosong.
Namun seiring menciutnya lahan perkotaan, tanah pekuburan itu sudah menjadi milik masyarakat umum.
Ah, piyayi atau atau bukan..toh mereka sama-sama hanya menempati tanah seluas 2x1 m. Tidak berdaya di kuburnya meski gelar piyayi disandangnya, tapi dia tanpa amalan di dunianya dulu. Lebih mulia, kaum jelata yang punya amalan bagus tentunya.

“Sahabat”ku masih menekuri satu makam di depannya. Sebuah makam sederhana, tanpa bangunan marmer atau apapun di atasnya. Hanya sebuah pohon kamboja putih tua, seakan-akan melindungi tanah makam itu dari pancaran matahari yang panas.

“ Kamu merindukannya..?” Tanyaku.

“Sahabat”ku mengangguk..
” Aku tidak tahu apakah Dia benar-benar tenang, atau malah menderita di dalam sana. Sepanjang yang aku kenal, Dia sangat baik padaku. Aku tidak rela jika Dia menderita..”

Aku tersenyum..
“ Bapakmu pasti tidak menginginkan kamu bersedih bukan..?” Tanyaku.

“Sahabat”ku mengangguk..
” Sejak 4 tahun lalu, aku sering sedih dengan bulan Februari. Aku selalu merasa bersalah, meski aku tidak tahu kenapa aku harus merasa seperti itu..

“ Lho, kenapa..?” Tanyaku.

“ Entahlah..! Eh, kamu mendengar kisahku dengan beliau?” Tanya “Sahabat”ku.

“ Tentu saja..ceritakanlah..!” Kataku tertarik.

“ Duduklah..! Aku tidak mungkin menceritakan semuanya..sangat panjang dan sangat manis kisahnya..” Kata “Sahabat”ku.

Aku mengangguk tanda setuju. Tak lama kemudian, dia mulai bercerita..

Masa kecilku sangat berwarna..
Sepanjang hariku di masa kecil, aku tidak selalu bertemu ibu kandungku yang aku panggil mama. Hanya malam hari saja aku bertemu keluargaku.
Sepanjang siangku, aku diasuh oleh pengasuhku yang biasa aku panggil ibu sampai sore hari. Entah dari lingkungan, salah asuhan atau memang karakterku, akhirnya aku tumbuh menjadi agak “bengal”, tomboy dan lain dibanding saudara-saudaraku.
Namun ketika malam hari menjelang tidur, aku selalu takluk di pangkuan Bapakku yang selalu mendongengkan cerita wayang sebagai pengantar tidurku.
Sesekali aku cerita..”Pak, tadi aku berkelahi. Pukul teman laki-laki..”.
Bapakku menanggapinya, “ Kenapa?”
Aku menjawab,” Karena dia nakal, menganggu temanku..”
Bapak pun hanya mengangguk..” Ya sudah, besok jangan lagi. Tidak usah bilang mama, ya..! Nanti dimarahi..” Kata beliau.
Selanjutnya beliau akan melanjutkan cerita wayang yang selalu sulit aku pahami, sampai aku terlelap.
Cerita-cerita “bengal”ku hari itu hanya menjadi rahasia-rahasia kecil kami berdua.

Meskipun terlihat santai dengan kebengalanku, ternyata bapak tetap kuatir. Pada suatu malam, tak sengaja aku mendengar obrolan antara bapak dan mama..
Mereka berdua terdengar khawatir, karena aku belum bisa sama sekali membaca al-Qur’an. Teman-teman sebayaku sudah rajin ikut madrasah diniyah, namun aku selalu menolak jika mau didaftarkan.
Akhirnya, dengan memaksa bapak membawaku ke seorang guru ngaji tua yang cara mengajarnya masih sangat kuno. Dia tidak segan-segan memukul pakai  kayu berbentuk kecil-panjang, yang biasa digunakan untuk penunjuk tulisan.
Meski berawal dari ketakutan setiap belajar dengannya, ternyata membuahkan hasil.
Tidak butuh waktu lama, aku bisa lancar baca al Qur’an tanpa tahapan iqro’ jilid 1 sampai 6.
Kegigihan bapakku berlanjut..
Beliau mendaftarkanku di sebuah majelis ta’lim di Masjid Agung Surakarta. Yang mempelajari qiro’atil qur’an-seni membaca al Qur’an dengan indah.
Aku selalu bilang..”aku tidak bisa, Pak..” Tapi beliau tidak memaksaku bisa. Aku hanya disuruh bangun pagi setiap minggu, dan berangkat ke Masjid Agung.
Awalnya memang berat, karena aku sering ngantuk di kelas.

Akhirnya, masa kebengalanku berakhir. Aku menjadi sangat patuh..
Aku merasa sangat bahagia melihat bapakku tersenyum puas di deretan audien sebuah pengajian akbar di desaku, ketika aku berdiri di panggung membacakan ayat-ayat al qur’an saat itu.
Salah satu komentar bapak saat itu adalah..” Lengkinganmu kurang tinggi..”
Minta ampun, itu saja sudah ketakutan jika suara tidak nyampai..hehe.

“Sahabat”ku diam sejenak..
“ Tapi, aku tidak pernah bisa menjadi seperti yang dia inginkan..”

“ Lho, kenapa..?” Tanyaku.

Dulu, bapak ingin aku menjadi polwan. Lucu ya? Beliau sangat bangga ketika aku masuk menjadi pasukan inti pramuka, aktif ini-aktif itu. Apalagi ketika SMA, aku terpilih menjadi anggota tim paskibra ketika menjelang 17 agustus. Beliau sangat bangga.
Tapi sayang, semua tidak menjadi terlaksana.
Aku mengalami kecelakaan, ketika pulang sekolah dan mau persiapan latihan paskibra sore harinya. Mau tak mau, kesempatan itu pupus sudah. Aku harus tinggal di rumah sakit dalam waktu yang cukup lama, pemulihan, ini-itu..ah menyebalkan.

Tapi, wajah bapak selalu tenang..
Beliau selalu menemaniku melakukan check up di rumah sakit tempat aku dirawat sampai kondisiku dinyatakan baik, meski harus tetap menjalani therapi-therapi.
Mau tak mau keinginannya juga harus pupus. Tidak mungkin berharap menjadi seorang polwan pada putrinya yang saat itu belum bisa menerima getaran keras, bentakan dan tekanan emosi yang tinggi, meski secara fisik sudah dinyatakan sehat.

Beliau selalu berwajah tenang..
“ Manusia boleh berencana, tapi Tuhan selalu punya kuasanya..” Kataku mencoba menghibur “Sahabat”ku.

Mungkin juga seperti itu..
Tidak pernah juga aku melihat ekspresi penyesalan atau kecewa di wajahnya. Beliau semakin menyayangiku, membelai kepalaku, memberikan cerita-cerita lucu dibumbui nasehat-nasehatnya, menyimpan rahasia-rahasia kecil kami dari mama dan saudara-saudaraku.
Beliau juga suka ketika aku mulai tampil feminin. 
Namun ada sayangnya..

“ Kenapa..?” Tanyaku.

Dulu, bapak sempat tidak mengijinkan aku berjilbab setiap harinya.

“ Oya..? Bukankah dia ingin kamu bisa ngaji, bisa jadi qori’..lalu kenapa beliau tidak ingin kamu berjilbab setiap harinya..?” Tanyaku.

Entahlah..
Mungkin itu salah satu ketidaksempurnaannya sebagai laki-laki yang sangat baik.

“ Beliau membutuhkanmu..” Kataku.

Iya, aku tahu sekali. Aku selalu mendoakannya di setiap sholatku.
Ah, rasanya baru kemarin aku ngecat rumah dengan beliau. Tertawa lepas bersama, duduk bertiga di teras-garasi..
Tiba-tiba, malam itu aku harus mengantar dan menemaninya di ICU rumahsakit, melihat nazaknya, Sampai vonis dokter bahwa beliau sudah tidak ada.
Aku masih berharap dokter dan alat2 rumah sakit itu salah ketika menemani jenazahnya.

Aku terus menatap dadanya berharap akan bergerak lagi. Sesekali kudekatkan jariku di depan hdungnya agar bisa merasakan nafasnya kembali.
Tapi itu tidak pernah terjadi..
Ah, ternyata sudah cukup lama kejadian itu tapi bayangan itu tidak pernah hilang dari ingatanku..

“ Sudahlah, bapak lebih tenang di sana. Meski kamu merasa “bagian tubuh”mu telah ikut terpendam di sana..tapi bagian tubuhmu yang lain harus tetap melanjutkan hidup untuk lebih baik..” Kataku.

“Sahabat”ku mengangguk..

Sore beranjak semakin petang. Aku dan “Sahabat”ku, bangkit meninggalkan pekuburan yang lengang itu.

“ Sebuah hartamu terpendam di tempat yang semua penghuninya tidur sepanjang masa. Tidak akan ada yang mengusiknya. Tidak ada pencuri di sini. Aman..”
Bisikku pada “Sahabat”ku.


( 4 Februari, pada suatu sore di makam bapak)





01 Februari 2010

"Laki-Laki"-ku..


Ini adalah tentang seorang laki-laki istimewa dalam kehidupanku.
Sangat..sangat istimewa..
Seorang laki-laki bersahaja, yang selalu mengajarkanku tentang sebuah kesahajaan dan rasa bersyukur kepada Tuhan..
Laki-laki yang tidak selalu memberikan apa yang aku mau tapi selalu memberikan apa yang aku butuhkan..
Laki-laki yang sering memberiku kejutan-kejutan kecil yang menyenangkanku..
Baginya, aku adalah gadis “pembangkang”nya yang sangat patuh..
Ah, laki-laki ini selalu membuatku merasa spesial..

Sentuhan tangannya sangat lembut ketika membelai kepalaku..
Sensasi “bulu kucing” sangat terasa ketika wajahnya menyentuh pipiku, meski sering membuatku protes..
Dia hanya akan tertawa menanggapi protesku..
Punggung telapak tangannya terasa kasar ketika kusentuhkan jidatku di sana, namun aku sangat menyukai itu..

Laki-lakiku sepanjang masa..
Kami melewatkan waktu dengan mengomentari banyak hal ketika sedang menunggu kereta di stasiun..
Dia akan melambaikan tangannya, tersenyum dan menatapku sampai kereta berjalan menuju tujuannya..
Senyuman khasnya yang bagi orang mungkin tidak manis, tapi sangat manis bagiku..
Senyuman yang juga selalu terkembang ketika melihatku turun dari kereta..
Laki-laki itu selalu menanti kedatanganku, menyambutku dan menggandeng tanganku meninggalkan stasiun..

Laki-laki bersahaja ini akan selalu mencuri hatiku sepanjang masaku..
Aku dan dia, tidak terpisahkan..
Sayang, dia pergi sebelum menuntaskan “tugas” terakhirnya kepadaku..


Sekarang..
Aku hanya bisa menatapnya ke dalam ketiadaan sejak waktu itu..
Dia ada di sana, tapi tidak juga ada di sana..
Dia berdiri menatapku dengan tatapan malaikatnya..
Tidak perlu aku ragukan lagi..
Dia selalu ada..
Dalam dunianya yang jauh lebih rumit dengan duniaku..


Dia tidak pernah meninggalkanku dalam ketiadaannya..
Dia, adalah laki-laki yang sangat mencintai aku.
Kami saling mencintai..
Laki-laki ini adalah BAPAK-ku..




(In memoriam for my hero-my father)
Kangen sekali malam ini..!