06 Oktober 2010

Tawaran silet dari seorang sahabat

Aku mengunjungi sahabatku setelah sekian lama aku meninggalkannya. ternyata kedatanganku tepat waktu, karena kondisinya sedang tidak baik-baik saja..
"Hai, apa kabarmu?

Dia tersenyum sekilas.
"Silet itu tersedia di depanku, kawan. Tajam, meski ada sedikit karat di tengahnya. Berilah inspirasi padaku, hendak aku apakan alir nadiku ini..?"

"apa yang ingin kau lakukan?" Tanyaku terkejut.

"Sel-sel darah merahku penuh dengan racun cemburu karena cinta yang besar, aku ingin membersihkannya."

Aku terdiam. Dalam hatiku, aku berbisik pelan..
"maafkan aku sahabatku, kali ini aku tidak bisa melarangmu dengan logikaku. Kondisi kita sama..
Hari ini masih sama dengan hari-hari kemarin. Aku tersiksa ketika merindukan kekasihku. Tapi sayang, aku justru terluka dalam..
Aku tertampar. Seorang teman lamaku menceritakan betapa dekatnya dia dengan kekasihku.


Sahabatku terdiam mendengarkan keluhanku.
"Engkau begitu marah, kawan?" Tanya sahabatku.

"Tidak..aku hanya sedang kehilangan kekuatanku.Aku belajar terpesona, tapi aku merasa pelajaran ini cukup sulit bagiku.
Aku bagai raqib yang mencatat setiap gerakan hatinya yang aku rasakan melalui sikapnya kepadaku. PETA cintanya seakan hanya berupa PESTA cinta."


"Engkau mulai menyerah, kawan?" Tanya sahabatku.


"Entahlah, kekuatanku melemah. Aku tidak menyerah, lebih tepatnya kepasrahan."

"Kamu menginginkan siet ini juga, kawan? ambillah..!" Tawaran sahabatku dengan ketulusan yang tajam.

Aku menepis tawaran itu. Aku masih waras, aku tidak gila. Hanya sebuah keterlukaan yang menunggu sembuh saja.

"Tidak sahabatku, aku hanya membutuhkan sebuah telaga dengan air yang bening.
perjalanku masih panjang dan menggila.
Mungkin pejalan kaki sepertiku, tidak selayaknya bereuforia dengan sekantung air zam-zam..
"

Sahabatku mengiyakan, namun bergumam.
"Tampaknya memang engkau hampir gila, kawanku.."

Tidak ada komentar: