08 Oktober 2009

Yogyakarta : Never Ending "Taste"

Teman-teman, kita ke Yogyakarta yuk..!
Untuk pembaca yang pernah mukim di Yogyakarta atau memang sampai sekarang tinggal di Yogyakarta, siapa tahu kalian pernah datang ke tempat-tempat yang akan saya ceritakan ini. Bisa digunakan ajang “reminder” atau pembuktian kan.
Nhaa..untuk teman-teman yang belum pernah ke Yogyakarta, Kapan-kapan kalau ke Yogyakarta, datang ke tempat ini dan rasakan produknya.
Tapi ada syaratnya, yaitu :
Teman-teman adalah orang yang masih mau makan, sehat, Tidak anti hidangan produk kaki lima. Ada satu lagi tambahan biar lebih nikmat, yaitu penyuka selera pedas..


Aiihh..panjang amat intronya. Emang ngomongin apa sih?
Saya ingin mereview tempat-tempat kuliner favorit saya di Yogyakarta. Tapi, karena saya bukan “anak gaul” yang belum tahu seantero kuliner nikmat yang ada di Yogyakarta, jadi saya hanya menuliskan kuliner yang nyantol di hati sejauh yang saya favoritkan sampai sekarang ini.
Mungkin kuliner yang saya sebutkan, belum masuk di liputan tv karena belum terkenal.
Karena saya suka, saya iklanin semua..gratis bapak pedagang..! Semoga tambah laris. Tapi meski laris, jangan berubah rasa dan jangan patok harga mahal ya, Pak..!


Lesehan Pak Samun

Terletak di pinggir selokan mataram, dekat Klebengan, depan laboratorium kedokteran hewan UGM. Sebuah warung tenda sederhana menghadap ke arah selatan bertuliskan “Pak Samun”. Jika dari arah Gejayan, maka Mirota Gejayan belok kiri sampai menemukan pertigaan dekat laboratorium kedokteran hewan. Tengok saja ke kanan jalan, sudah nampak tulisan warungnya.
Apa yang menarik dari lesehan pak Samun?
Seperti layaknya lesehan-lesehan lainnya, warung Pak Samun menjual aneka ikan dan ayam baik digoreng atau dibakar. Nasinya pun berkualitas standar-standar saja. Ah, jangan tidak tertarik dulu, karena saya belum menceritakan nilai menarinya.
Ada satu syarat wajib untuk bisa menikmati produk Pak Samun, yaitu harus punya selera pedas yang tinggi. Karena yang membuat saya jatuh cinta dengan lesehan Pak Samun adalah pada “aksesoris” makanannya, yaitu sambal terong yang super pedas tapi nikmat. Dipadukan dengan lalapan sayuran hujau seperti bayam, timun, dan kol. Whhaa..gak kuaat..!!
Tapi jangan datang di waktu siang, karena warung ini buka mulai pukul 17.00 wib.


Siomay depan Fakultas Pertanian UGM

Sangat mudah menemukannya. Kalian tinggal menemukan posisi BNI cabang bulak sumur, maka di seberang jalannya akan terlihat warung tenda bertuliskan siomay, batagor dan bubur ayam. Nhaa..itu tempatnya.
Menurut lidah saya, siomay di warung ini legit. Apalagi kalau siomaynya digoreng, wow..renyah-renyah legit! Sambal kacangnya pun juga pas di lidah. Baik dari segi bumbu dan kekentalannya. Dan yang pasti, tidak mahal-mahal amat..hehe.
Lagi-lagi, jam bukanya mulai pukul 17.00. Jadi, jangan mencarinya di siang hari yaa..


Bakso Emha

Saya tidak begitu suka dengan makanan bernama bakso. Hanya kadang-kadang saja, ketika pengin sekali. Apalagi, ketika isu daging tikus digunakan untuk bakso merebak di Yogyakarta, wah benar-benar tidak berani sembarangan jajan bakso. Hiiy..!
Ketika di Yogyakarta, maka Bakso Emha adalah salah satu warung bakso yang biasa saya pilih untuk memuaskan keinginan saya menyantap semangkok bakso. Semoga bakso Emha adalah seperti yang saya pikir yaitu halal proses dan bahannya.
Kenapa?
Konon cerita, pemilik Bakso Emha adalah muslim taat. Bahkan penampilannya pun agak-agak salafi. Hal itu menguatkan selera makan bakso saya. Insyaallah halal, bukan begitu akhi?. Kelebihan lain adalah, enak dan ada bakso gorengnya. Jarang ada di tempat lain.
Nhaa, jika kalian ingin mengunjunginya, gampang sekali. Kalian tinggal menemukan letak fakultas peternakan UGM, maka akan menemukan sebuah perempatan di depannya. Berjalanlah menuju arah utara, sampai menemukan laboratorium milik fakultas kehutanan di kiri jalan. Maka Bakso Emha yang terletak di sebelah kanan jalan, sudah terlihat.
Kalian tidak perlu menunggu malam untuk menemukan warung bakso ini. Karena siang pun warung bakso ini sudah buka.


Warung Makan Padang “Bungapalo”


Terfavorit dari 3 tempat kuliner di atas. Pada dasarnya, saya memang menyukai masakan padang. Dan saya menemukan rasa yang benar-benar Padang di sini. Nasi hangat pulen dan harum,   tidak ada bau magic jar-nya.
Salah satu yang saya favoritkan adalah sambal merah. Selalu, ketika saya membeli nasi padang maka saya akan bilang “ sambal merahnya dibanyakin..!”.
Nhaa, menurut saya..”sambal merah Bungapalo sangat pas di lidah saya”.
Menu favorit saya adalah, nasi- ikan/ayam goreng- lalap lengkap- sambal merah banyak- sambal ijo terserah banyaknya.
Hanya saja, saya tidak suka makan di tempat. Saya lebih memilih dibawa pulang, karena proses menikmati makanan akan lebih maksimal. Ikan/ayam bisa saya “presto” sampai ke tulang-tulangnya, bisa bersambung jika tak habis sekali makan jadi nasi bisa tak bersisa satu butir pun..hehe.
Ngemil irisan lombok merah di sambal merah bungapalo, sangat nikmat. Tapi warning untuk yang tidak bisa makan pedas, sebaiknya jangan minta sambal banyak-banyak. Kalau teler kepedasan,wah tidak ditanggung ya.
Aha, belum nulis dimana lokasinya..
Bungapalo terletak di sepanjang jalan kaliurang, sebelah timur jalan. Jika kalian dari arah UGM, bungapalo terletak di sebelah kanan jalan. Tapi jika dari perempatan kentungan, maka bungapalo terletak di sebelah kiri jalan. Warung makan ini buka dari pagi sampai malam. Tapi, biasanya produk sudah selesai masak dan lengkap terhidang mulai jam 11 siang ke atas.


Warung "Ketoprak Jakarta" pertanian.


Aku biasa menyebutnya “warung toprak pertanian” padahal warung ini terletak di belakang Bank Mandiri cabang UGM, berseberangan dengan bangunan lama gedung veterinery atau kedokteran hewan.
Enak, tidak neg, sambal kacang yang pas ngramunya, dan ada siomay di sajian ketoprak-nya. Nyammy deh pokonya. Selain toprak, warung ini juga menyediakan soto yang tak kalah enak. Jangan cari warung ini di malam hari ya, karena warung ini hanya buka di siang hari.
Bicara tentang warung toprak pertanian, saya jadi inget seorang teman makan yang sekilas sekali kenal tapi serasa teman lama karena sok kenal-sok dekatnya dia..hehe.
Pada suatu hari, saya sedang makan siang dengan seorang sahabat, Adiba. Tiba-tiba ada seorang berwajah daerah timur pengin gabung dengan kita berdua. Namanya Lino Gusmao, S2 ilmu politik, asli papua. Alhasil, kita makan bertiga. Basa-basi berubah menjadi obrolan. Tapi, ada kendala bahasa di sini.
Secara, Lino tidak begitu bagus bahasa Indonesianya. Sehingga dia merasa perlu menanyakan sesuatu kepada kami yaitu..” Can you speak english?”. Sahabat saya yang memang jagoan englishnya tentu saja menjawa, “Yes, of course.”
Tapi dalam lubuk hati saya menjawab, “wuaduuh..kok yes sih!”. Tapi, tak masalah.Obrolan jalan terus meskipun berubah menjadi “in english 75 %” dan “in Indonesia 15 %”. Saya yang tidak begitu lihai english aktif, lebih banyak kasih jawaban dengan sweet smile. Sesekali saja komentar, biar tidak seperti “gambar mati”..hehe.
Meski nyambung sih nyambung, hanya bingung “how to say direct express”. Hanya yang gampang-gampang saja, alias yes-no question..hehehe.


Ini bagian kecil kuliner-kuliner yang aku sukai. Akan ada “laporan pandangan rasa” tentang pengalaman-pengalaman kuliner lain yang pas di lidahku lagi. Teman-teman jangan langsung percaya dengan tulisanku. Tapi buktikan langsung. OK?
Aku menuliskan “laporan pandangan rasa” ini salah satunya adalah melatih kepekaan lidahku yang selama ini hanya mengenal dua rasa yaitu “ENAK DAN ENAK BANGET”..(lho?)
Oh iya, satu tips untuk menikmati makanan agar nikmatnya sampai di hati adalah sedang lapar. Setuju?

Selamat berpetualang rasa dan crosscek hasilnya..!



2 komentar:

Unknown mengatakan...

tulisanmu cok,,,, makes my mouth watering...ngeceZZ..ngeceZzz...:("
Jd kangen pulang kangen jogja kangen jalan bareng lg...
Sambel 'Tapok' paK Samun??? oh..gak kuaaaatt....

Unknown mengatakan...

tulisanmu cok,,,, makes my mouth watering...ngeceZZ..ngeceZzz...:("
Jd kangen pulang kangen jogja kangen jalan bareng lg...
Sambel 'Tapok' paK Samun??? oh..gak kuaaaatt....