09 Oktober 2009

Have A Nice Day..!

    
Seorang kawan menawarkan sebuah tema tulisan yaitu menunggu apa yang harus ditunggu. Terlihat cukup literer dan simpel kalimatnya.
Tapi jika dicermati lagi, akan banyak makna terintepretasi dari kalimat ini. Karena pada hakikatnya setiap proses dalam hidup adalah menunggu. Jika kehidupan masih ada, setiap hasil yang diperoleh hanya berupa sebuah koma dan bukan sebuah titik.
Roda kehidupan akan terus berputar sampai malaikat Isrofil meniupkan sangkakala.
Jika suatu saat kita sedang sedih, suatu saat yang lain kita akan bahagia. Jika suatu saat kita masih miskin, suatu saat yang lain kita akan kaya. Atau bisa juga sebaliknya. Itu sudah hukum alam.

Saya ingin berbagi sekilas..
Beberapa tahun yang lalu, saya adalah salah satu orang yang rajin memetakan kehidupan dan rencana-rencana saya. Mulai dari yang skala kecil sampai besar. Setiap menjelang tidur malam, saya akan mengagendakan aktivitas saya esok hari. Lebih luas, saya menuliskan target-target yang harus bisa saya capai di waktu yang saya tentukan.
Saya percaya diri dengan kemampuan saya, sehingga yakin bahwa semua akan sesuai rencana. Saya hanya tinggal menunggu sebuah “happy ending” dari semua rencana itu..

Ah, semua di luar dugaan. Mungkin Allah menilai saya sombong.
Hasil yang saya harapkan meleset dari point-point rencana saya. Banyak penyebab tak terduga yang terskenariokan secara manis. Mungkin itulah skenario Allah, manis tapi pahit atau pahit tapi manis.

Bisa jadi kita menyukai sesuatu padahal sesuatu itu tidak baik untukmu. Bisa jadi juga kamu membenci sesuatu, padahal sesuatu itu baik untukmu. Sesungguhnya hanya Allah yang tahu baik-buruknya sesuatu itu untuk kita.

Awalnya, cukup susah menerima semua itu.
Saya merasa kalah dengan pertempuran yang saya buat sendiri. Kecewa berlebihan jika dibiarkan bisa berakibat depresi. Saya pikir, hal itu bukanlah sesuatu yang menguntungkan saya. Life must go on..!
Tapi saya tetap yakin, bahwa takdir itu ada.
Saya juga yakin, bahwa tidak semua takdir adalah harga mati. Tinggal bagaimana kita berusaha semampu kita dan menikmati setiap prosesnya.
Sebuah keyakinan yang menimbulkan harapan besar yang termanifestasikan dalam sebuah doa..
“ Ya, Allah beri aku kemampuan untuk bisa merubah takdirmu yang bisa diubah.
Berikanlah juga kepadaku sebuah kebijaksanaan untuk menerima takdirmu yang tidak bisa diubah..”
Jika kita merasa gagal, jangan bersedih. Sebab di sana masih ada rencana, masih ada kehidupan dan masih ada hari yang lain.

Itu hanya sebuah pengalaman yang ingin saya bagi.
Masih nyambung dengan tema kan? Kalau tidak nyambung, disambung-sambungin sendiri ya..hehe.

Kenapa kita harus menunggu?
Karena hanya itu yang bisa kita lakukan, meskipun menunggu adalah kegiatan yang sangat menjemukan. Apalagi yang ditunggu adalah sesuatu yang abstrak dan belum pasti.
Tentu saja akan menjemukan, jika kita hanya berleha-leha sepanjang hari. Namun ketika hari ini kita melakukan banyak hal yang menyibukkan, menunggu tidak akan begitu terasa menjemukannya.
Toh, ketetapan Allah sudah ada pada waktunya. Jadi sekuat apapun kita menunggu, jika waktu itu belum menjadi saatnya. Maka “menunggu” kita pun, belum akan mendapatkan hasil, sampai waktunya tiba.
Meskipun, bisa jadi kita pernah merasa putus asa dengan proses “menunggu” kita yang belum nampak hasilnya. Itu manusiawi, namanya juga manusia.

Salah seorang penyair berkata :
Betapa banyak jalan keluar yang datang setelah rasa putus asa
Betapa banyak kegembiraan datang setelah kesedihan
Siapa yang berbaik sangka kepeda pemilik Arasy,
Dia akan memetik manisnya buah yang dipetik di tengah-tengah pohon berduri.

Jangan mendahului sesuatu yang belum terjadi. Hari esok adalah sesuatu yang belum nyata dan dapat diraba, belum terwujud, dan tidak memiliki rasa dan warna.
Biarkan hari esok itu datang dengan sendirinya. Jangan pernah menanyakan kabar beritanya. Jangan berfoya dengan semua keindahannya. Jangan pula menanti serangan petakanya.
Pikirkan hari ini, karena hari ini kita sudah sangat sibuk..
Membuat harapan indah setiap hari dan berusaha membuat harapan indah itu menjadi nyata.
Bukan sebuah pengandaian, tapi sebuah cita-cita.



Untuk semua rekan senasib-sepenanggungan, sebangsa-setanah air,
Request by Arry Susanto







Tidak ada komentar: