26 Juni 2009

Presiden Pilihan"Ku"

Kampanye terjadi semakin gencar. Iklan di media, show langsung ke masyarakat, maupun melalui debat-debat yang disiarkan di stasiun televisi adalah implementasinya. Semua iklan yang ditampilkan, pemaparan visi misi melalui debat maupun acara talk show menunjukkan gambaran seakan-akan semua calon capres-cawapres “layak dan sempurna” menjadi presiden dan wakil presiden. Tentu saja, mana ada iklan yang menampilkan kekurangan produk, ya kan?


Eits, tunggu sebentar. Sebelum bicara panjang-lebar, saya ingin menulis suatu pendapat dari Ayyub Ibnu Qoryah, sumber dari majalah hidayah, “Tahukah Anta? Informasi unik seputar masalah islam”.

Beliau berkata bahwa Manusia terbagi menjadi tiga golongan yaitu manusia yang berakal, dungu dan durhaka (perusak).

Manusia yang berakal menjadikan agama sebagai pedoman hidupnya. Sabar dan tenang adalah tabiatnya. Pandangan dan pikiran sehat adalah pedoman teknisnya. Orang berakal, ketika ditanya maka akan menjawab dengan baik, dan kalau berbicara selalu tepat. Jika mendengarkan uraian ilmu, maka akan ditekuninya. Dan jika berbicara, dia mengambil dari sumber riwayat bukan asal cerita.

Manusia dungu, kalau berbicara mengecewakan orang lain. Seringkali membuat cerita yang menakut-nakuti dan jika mengemukakan pendapat, maka pendapatnya tidak berbobot.

Manusia yang durhaka (fajir), apabila mendapat amanah maka dia berkhianat. Bila diajak bicara, maka dia akan memburuk-burukkan atau merendahkanmu, ketika kamu menolongnya dia tidak memelihara kebaikanmu, dan tidak bisa menyimpan rahasiamu. Jika kamu belajar, dia tidak mau mngembil hikmah dan tidak mau berusaha mengerti.

Nah, tentunya saya mau presiden pilihan”ku” termasuk dalam golongan manusia berakal bukan dungu apalagi durhaka. Setuju kan? Pasti dong.

Namun untuk pilihan siapa pribadi yang layak, semuanya bebas sesuai selera kita masing-masing. Kita bisa mengamati dari media yang disuguhkan tentang profil capres kita, bukan?


Anda mempunyai selera, saya pun juga. Hal-hal di bawah ini adalah kriteria orang yang akan saya contreng tanggal 8 juli nanti . Boleh nyontek, tapi lebih baik belajar sendiri lho. Ada kata-kata bijak hilman-Lupus “Daripada nyontek dapat nilai 7, lebih baik tidak nyontek dapat nilai .” Hahaha..Ya iyalah..!

Ups kembali ke kriteria ya!


Laki-laki.

Bukan berarti saya tidak bangga dengan jenis kelamin sendiri, tapi menurut saya Laki-laki lebih layak menjadi pemimpin dan wanita adalah pendamping pemimpin. Coba tengok dengan fenomena-fenomena ini.

· Nabi Muhammad adalah laki-laki, sosok pemimpin paling ideal sepanjang zaman.

· Jika ayah masih hidup, yang tertulis sebagai kepala keluarga di kartu keluarga adalah nama ayah. Suami sebagai imam keluarga adalah laki-laki.

· Seorang wali nikah adalah ayah dan sesuai urutan adalah yang berkaitan dengan garis laki-laki.
Laki-laki dan wanita adalah sama dalam hak dan kewajiban.
Mereka juga sama-sama memiliki kemampuan otak dan fisik. Namun ada sisi-sisi kewanitaan yang seringkali membuat hal sepele menjadi terlihat berat. Mau contoh?

a. Dalam hal fashion dan penampilan yang ingin selalu tampil menarik. Tidak percaya?
Coba dihitung jumlah salon di kota kita dan jumlah produk make up yang diiklankan di tv yang sasaran utama konsumennya wanita.

b. Timbulnya emosi yang tidak stabil terutama ketika PMS, sehingga kadang-kadang menjadi badmood tanpa sebab. Bagaimana kalau badmood itu terjadi ketika sedang ada masalah hebat di negara ?

c. Ada lagi ketika saya mendengarkan pendapat salah satu caleg wanita yang kebetulan dari kalangan artis. Ketika ditanya dalam sebuah infotainment bagaimana persiapannya setelah menjadi caleg nanti, dia menjawab “sudah mempersiapkan busana-busana karya designer ternama yang temanya sesuai untuk masuk senayan. Tentunya eleganlah, disesuaikan dengan profesi ini”. (Please deh, ke senayan mau jadi wakil rakyat atau ngeceng aja, Bu?)

d. Dalam acara debat capres, ternyata salah satu kandidat presiden kita yang perempuan lebih terlihat glamour dengan perhiasan gelang dan cincin yang terlihat berkilau terkena cahaya. Memang milik sendiri sih, tapi saya merasa kurang sreg saja. Sangat ironis, ketika dia mengkampanyekan membela rakyat kecil dan miskin namun dalam penampilannya terlihat tidak sederhana.

e. Ada lagi salah satu contoh, yaitu bupati wanita di karesidenan tempat saya tinggal. Setiap tampil ke publik, make up-nya tebal dengan alis tebal dari pensil. Bagaimana sholatnya kalau make upnya ternyata waterproof?

(Aiih, pasti repot “tancap” puff ke pipi terus ya bu..?). Memang jaman sekarang aktivitas laki-laki pun juga banyak yang menyerupai wanita, seperti ke salon, perawatan tubuh, shopping dsb seperti layaknya cowok-cowok metroseksual. Tapi disini, saya mengambil gambaran umum seorang laki-laki selayaknya laki-laki.
(contoh yang lain hunting sendiri ya!).

· Karena saya wanita yang tidak pernah bercita-cita menjadi presiden (Tapi kalau istri presiden, mauuu..!!! hahaha)
Wanita tangguh, hebat, cerdas, perkasa akan menghasilkan pemimpin yang berkualitas. Ada kata-kata bijak : “ Di belakang laki-laki hebat, ada wanita yang hebat pula”


Setelah syarat pertama terpenuhi, berarti capres yang tidak memenuhi syarat jenis kelamin gugur ya!

Agama sebagai landasan pokok hidupnya

Karena saya muslim, saya pasti memilih pemimpin yang seiman. Selain itu, pemimpinku harus setle pemahaman agamanya. Dia mantap dalam agamanya. Meskipun masalah beribadah adalah privacy antara manusia dan tuhannya. Namun, efeknya bisa dilihat dari aura dan karakter bicaranya. Silahkan mencoba mengamati!

Handy Man dan Gentle Man

Saya sering pusing ketika melihat laki-laki yang banyak bicara. Apalagi ketika ada masalah, dia hanya menggali sebab tanpa mencoba menutup galiannya itu dengan sebuah solusi masuk akal yang menjadi jalan keluar. Apalagi melemparkan masalah atau “lempar batu sembunyi tangan”. Dipertanyakan nih, “jangan-jangan dia Cuma ½ laki-laki..hehe”. Setidaknya, jika masalah sudah terjadi, dia bisa bijaksana menghandlenya.

Tapi saya segan, ketika seorang laki-laki bisa meyakinkan dirinya sendiri dan menyelesaikan masalah dengan caranya sendiri. Dia bisa menjadi seorang decision maker yang baik, sibuk berpikir baru kemudian dibicarakan. Bukan sibuk bicara baru kemudian dipikirkan, “benarkah keputusan yang diambil?”


Kharismatik

Seorang presiden adalah seorang motivator bagi rakyat. Kesan “meneduhkan” pada dirinya selayaknya ada. Sehingga, ibarat ketika rakyat ingin curhat tentang masalah hidupnya, dia bisa menjadi motivator dan spirit raiser yang baik untuk si rakyat.

Seorang presiden adalah ayahnya rakyat. Dia harus punya wibawa tinggi dan menjadi pelindung, sehingga tidak ada pihak lain yang berani mengganggu anaknya. Si anak akan bangga, aman dan merasa nyaman karena mempunyai ayah yang akan selalu menjaga dan melindunginya setiap saat. Selain itu, seorang ayah yang baik akan selalu bertanggungjawab dengan keluarganya, dan berusaha membahagiakannya.


Bertanggung jawab

Presiden pilihanku selayaknya adalah orang yang sinkron antara perkataan dan perbuatan. Dia tidak akan asal bicara kemudian meralatnya. Dia tidak mengumbar kata-kata manis tanpa berusaha mewujudkannya. Dia mau turun lapangan secara langsung untuk melakukan sesuatu yang menjadi gagasannya. Dia bisa menjadi pioneer yang baik untuk suatu hal yang positif. Dia bertanggungjawab dengan semua hal yang dikatakan, bekerja keras, menerima resiko akibat dari kesalahan yang dilakukan dan tidak melemparkan kesalahan yang dlakukan kepada pihak lain.

Mempunyai kepribadian yang bermartabat

Diriwayatkan oleh Ali Bin Abi Tholib,” Barangsiapa yang menjadikan dirinya seorang pemimpin, harus mengajar dirinya terlebih dahulu sebelum mengajar orang lain. Setelah itu dia harus bisa mendisiplinkan masyarakat melalui perilakunya sendiri. Baru setelah itu, dia harus mengajar orang lain melalui lidahnya. Orang yang mengajar dan mendisiplinkan dirinya, lebih bermartabat daripada orang yang mengajar dan mendisiplinkan orang lain tapi melupakan dirinya sendiri.”

Itu antara lain, karakter yang seharusnya ada pada presiden pilihan”ku”. Mungkin masih ada karakter positif lain yang belum saya ketemukan di sini. Silahkan anda mengoreksinya lagi, sehingga kita bisa memilih pemimpin yang memenuhi kualifikasi positif di mata kita.
Paparan ini mungkin lebih condong ke profil personality. Tapi menurut saya, justru itu yang penting. Dengan personality yang bagus, insyaallah kinerja juga ok.

Sebuah ayat dalam Al Qur’an yang bisa dihubungkanan dengan pilpres yaitu pemilihan pemimpin, adalah :

Katakanlah (Muhammad), “Wahai Tuhan pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapapun yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kekuasaan dari siapapun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapapun yang engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapapun yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh Engkau maha kuasa atas segala sesuatu.” (QS 3:26)

Segala hal yang terjadi adalah skenario Allah.

Siapapun capres-cawapres yang akhirnya menang dalam pemilu 8 Juli nanti, adalah bagian dari skenario Allah. Apabila Allah bilang “Ya” meskipun semua manusia bilang “tidak” yang terjadi tetap “Ya’. Begitu juga sebaliknya, meskipun seluruh manusia bilang “Ya” sedangkan Allah bilang “tidak” yang terjadi adalah “tidak”. Sebuah aljabar spiritual yang tidak bisa dibantah.


Segala hal yang terjadi adalah skenario Allah..

Ketika capres-cawapres terpilih adalah bagian dari skenario Allah, tentunya saya juga menjadi subbagian dari skenario itu, karena saya adalah salah satu pemilih dari jutaan pemilih. Meskipun cuma satu suara, boleh dong saya menetapkan UUP (Undang-Undang Pribadi) untuk penentuan syarat orang yang layak saya pilih. Ini bukan kampanye lho..swear!


Tidak ada komentar: