03 Juni 2009

Manohara : The Secret Language

Media baik visual maupun cetak, sedang sibuk berbicara tentang Manohara, seorang putri keturunan bangsawan Bugis yang diperistri pangeran Kelantan Malaysia. Namun impian menjadi putri bak dalam dongeng, ternyata tidak terjadi. Justru perilaku psikopat sang suami yang diterima. Ada yang percaya tentang penyiksaan yang dialami Manohara itu benar-benar terjadi, tapi ada juga yang menuduh wanita muda itu mengada-ada. Wallahualam bi shawab..! Sebab bagaimanapun urusan “kasur” adalah privacy suami istri.

Melihat pengalaman hidup yang dialami Manohara, saya teringat salah satu kisah yang ditangani oleh detektif Inggris Sherlock Holmes karya Sir Arthur Conan Doyle. Tentunya saya tidak akan menuliskan kisah fiksi tersebut disini. Hampir sama bahkan lebih gila. Karena sang pangeran yang psikopat, akan membunuh pelan-pelan wanita yang dinikahinya dan mengkoleksi bagian-bagian tubuh yang disukainya. Hiyy..gila banget kan? Untung Cuma sebuah cerita fiksi. Meski Cuma fiksi, tapi ide sang penulis bisa jadi tergali dari sebuah kisah nyata. Toh psikopat itu ada dalam materi ilmu kedokteran jiwa/psikologi. Beware!!


Bisa jadi, jika Manohara tetap dalam kekuasaan pangeran itu, dia bisa mengalami nasib serupa dengan kisah fiksi Serlock Holmes itu. Benar-benar nama Manohara tidak akan menjadi nyata kembali, namun hanya sekedar nama. Waww..Ngeri!!


Saya membayangkan sebuah sketsa hari-hari Manohara ketika berada di Kelantan:
Seorang wanita jelita dengan gaun tidur tipis, duduk termangu dengan tampang muram di atas sebuah kasur beludru mewah (hayoo..kaum adam pasti jadi ngilerr kan? Jangan bayangin macam-macam dulu, karena Manohara pakai jaket 7 lapis tebalnya untuk membungkus gaun tidurnya itu. Kan "not for sale" gitu deh..ya kan Mano? hehe). Ruangan itu berhiaskan piala-piala kristal yang indah. Hanya cahaya temaram yang menjadi lentera ketika dia membuka mata. Muram, tak tahu bagaimana jalan keluarnya. Hari-hari yang sangat jarang atau bahkan tidak pernah melihat indahnya sinar matahari. Belum lagi ketika suaminya datang, ketakutan akan menjadi makanannya. Ironis sekali jika itu dilakukan seorang yang bertopeng bangsawan dimana adat dan etika sangat dijunjung tinggi. Saya memang tidak tahu yang sebenar-benarnya. Bila ada sebagian orang yang mencibir Manohara dengan tuduhan sedang melakoni sebuah “drama”, tapi menurut saya itu adalah kisah hidup orang yang layak didengarkan dan dihargai. Bisa jadi tidak sedramatis yang diberitakan infotaiment. Tapi saya percaya KDRT itu benar-benar ada, meskipun secara psikis.

Namun dari sekian pengkisahan pengalaman hidupnya yang dramatis, ada satu hal yang membuat saya salut minta ampun. Sebuah “secret language” yang diciptakan antara sang ibu, kakak dan Manohara sendiri. Point ini patut diacungi jempol. Mungkin sudah ada, tapi saya baru mendengar fenomena “secret language” antara 1 keluarga ini. Hal ini layak ditiru oleh orang tua atau calon orang tua untuk anak-anak kita kelak. Seringkali hal ini dianggap tidak penting, karena sebagian orang tua. Mereka lebih menyuruh anaknya belajar matematika, les piano, dan sebagainya untuk menghasilkan sebuah prestasi. Applaus dan pujian karena berprestasi inilah yang menjadi tolok ukur keberhasilan orang tua mendidik anaknya.

Saya salut dengan ibu Daisy Fajarina. Kepekaannya sebagai ibu sudah terbukti, meskipun hinaan sebagai ibu matre menghujaninya. “Secret Language” yang dilakukan ibu Daisy ternyata bisa membantunya mengetahui kondisi anaknya. Swear..saya salut! Ibu Daisy seakan sudah mempersiapkan anaknya akan menjadi orang penting suatu hari kelak. Seorang yang berani berpengharapan besar dalam hidup anaknya, tanpa dia tahu apa yang terjadi besok. Dan satu hal penting, Manohara sangat beruntung karena dia memiliki keluarga yang benar-benar keluarga.

Semoga kita bisa mengambil esensi positif cerita tentang Manohara, salah satunya adalah "secret language" yang menunjukkan kedekatan keluarga kecil mereka. Tanpa repot berpikir benar tidaknya. Toh, jika Manohara berkata tidak benar, Tuhan Maha Tahu.


Send your comment to my email:
sofie_rahma@yahoo.com/sofia.rahma@gmail.com

Tidak ada komentar: