09 Agustus 2009

Employee, self employee and investor/businessman

Mempunyai rekening dengan saldo rupiah yang bisa membuat kata “wow”, Menjadi nasabah prioritas di bank ternama, bisa punya rumah bagus, kendaraan bagus, keluarga bahagia&sejahtera, dan sebagainya yang bagus-bagus..
Wah..ck..ck..ck..!

Begitulah harapan para employee dan self employee..

Kata Rasulullah, sembilan dari sepuluh pintu rizki ada dalam perniagaan. Jauh mendahului Robert T.Kiyosaki dengan cashflow quadrantnya, Rasulullah telah menunjuk businessman dan investor sebagai dua hal yang harus menjadi cita-cita seorang mukmin. Bukan self employee apalagi employee murni.


Namun..
Siapa tidak bangga ketika ditanya “ kerja dimana?” maka akan tercetuskan nama sebuah perusahaan, institusi atau lembaga yang bonafide. Pasti bangga kan?


Bekerja menjadi employe..

Akan terikat dengan sebuah ikatan jadwal kerja. Harus masuk jam “segini”, pulang jam “segini” atau lembur sampai jam “segini”.
Apalagi di kota besar seperti Jakarta yang rawan macet yang bisa bikin stress dan capek di jalan.

Berangkat pagi-pagi, jam enam. Karena pilihannya, berangkat jam enam ampai tujuan jam setengah delapan. Atau berangkat jam tujuh, sampai di tujuan jam sepuluh (karena macet).

Pulangnya juga begitu..
Pulang jam empat, sampai rumah jam delapan malam (karena macet) atau pulang jam delapan malam, sampai rumah jam sembilan malam.
Belum lagi masalah kompleks lainnya. Memang, hidup adalah perjuangan.


Begitu juga dengan menjadi seorang self employee..
Menjadi dokter yang berpraktik sendiri, jadi notaris, jadi penulis, Bolehlah dikatakan contoh self employee.

Tentu saja tidak setenang employee yang mendapat gaji setiap bulannya. Self employee, akan mendapat uang, ketika dia melakukan pekerjaannya, berhasil menjual baik berupa jasa ataupun produknya.

Contoh, seorang dokter yang berpraktik sendiri, akan dibayar ketika ada pasien yang berobat kepadanya. Seorang notaris akan mendapat uang, ketika ada orang yang butuh jasanya untuk menguruskan sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaannya. Seorang penulis akan mendapat penghasilan, ketika tulisannya dimuat dimedia massa atau dibeli oleh penerbit untuk diterbitkan. Dan sebagainya..

Kelemahannya tentu saja, dalam hal finansial tidak setenang employee dengan gaji tetapnya per bulan. Namun kelebihannya, dia punya waktu luang atau tidak terikat oleh sistem kerja yang under pressure atau bebas dari ketar-ketir surat peringatan perusahaan ketika melakukan kesalahan.

Employee atau self employee, punya harapan yang sama untuk mendapatkan kesuksesan dalam hidupnya..seperti kata Rasulullah di paragraf kedua di atas yaitu menjadi seorang businessman dan investor.

Namun apapun itu, syukur dan dinikmati harus tetap jalan..


Oh iya..
Sebentar lagi, musim PNS-an (kalau sesuai jadwal).

Ada sebuah nasehat dari Hasan Al Banna, Washiat ke 16… dimana beliau berpesan :

“Jangan berambisi memegang jabatan pemerintahan atau pegawai negeri dan anggaplah dia sebagai pintu rizqi yang paling sempit. Tetapi jangan menolaknya jika ditawarkan kepadamu. Jangan mengundurkan diri, kecuali jika hal tersebut bertentangan dengan tugas-tugas da’wah.”

Relevan kan..?

Secara, posisi yang ditawarkan dalam formasi cpns sangat minimalis dengan pelamar yang bejibun jumlahnya. Sebuah perbandingan yang menghasilkan nilai harapan yang sangat kecil. Namun di balik kecilnya harapan itu, tetap ada harapan keberhasilan. Jika hal tersebut adalah keberuntungan dan berjodoh dengan kita.


Semangat..!!

Tidak ada komentar: