12 Juli 2009

Bersahabat Dengan Diri Sendiri

Persahabatan dengan diri sendiri sangat penting. Karena tanpanya, seseorang tidak bisa bersahabat dengan siapapun juga di dunia.

Meskipun terlihat sepele, namun bersahabat dengan diri sendiri bukanlah sesimpel teorinya. Berikut adalah kasus yang tergambarkan dalam sketsa cerita.

Sketsa pertama :
Saya pernah bekerja menjadi sebuah marketing di sebuah perusahaan insurance dengan brand terkenal, tapi harus “batal” dalam waktu yang tidak lama. Why?
Sebagai seorang marketing, tugas saya tentunya adalah bisa menjual produk perusahaan kepada calon pembeli.
Sebenarnya, saya tertarik. Selain income yang tinggi jika bisa “deal”, seorang marketer tidak melulu di belakang meja dan mempunyai kesempatan bertemu dengan orang banyak dari bidang dan karakter yang berbeda. Itu pandangan saya pada awalnya.
Namun ternyata, ketika menjalani..semua terasa berbeda.
Merasa boring, jengkel ketika penawaran ditolak, bahkan merambat ke penyakit jasmani, saya sering merasa pusing ketika mau prospect dengan calon klien.
Kenapa? Saya bahkan belum tahu jawabannya.
Tapi yang jelas, saya tidak begitu menyukai “pertanyaan” yang bertubi-tubi ataupun bicara berulang-ulang jika calon klien belum paham dan ngobrol yang panjang. Padahal, seorang marketer harus bisa menciptakan obrolan yang menyenangkan. Intinya mah, pinter ngomong gitu..
Meskipun begitu, pandangan orang lain dengan yang kita rasakan bisa jadi berbeda. Manager saya memuji saya sebagai marketing berprestasi, karena bisa “deal” produk bernominal besar.
Tapi, mau tahu apa yang saya rasakan?
Saya bosan minta ampyun. Benar-benar tidak enjoy bahkan merasa “tersiksa”. Saya tidak menyukai obrolan, senyum dan muka ramah hanya sekedar untuk bisnis atau tendensi tertentu. Sangat berbeda ketika saya ngobrol dengan teman, tanpa tendensi apa-apa. Semua akan mengalir dengan begitu saja, tanpa tekanan.


Tapi tentunya, pengalaman ini tidak berlaku untuk orang lain.
Karena yang terjadi pada rekan saya justru sebaliknya. Dia sangat menikmati pekerjaan itu.
Ketika saya tanya, “dikau boring dengan muka ramah pura-pura bahkan ketika ditolak dengan judes?”
Dia menjawab, “sama sekali tidak. Justru itulah asyiknya.”

Wah, tentunya saya harus belajar dari rekan saya ini ya..

Sketsa kedua :
Saya terlibat sebuah project penelitian dari sebuah instansi non profit. Posisi saya adalah data editor, dimana tuntutan kerja membuat intensitas berkomunikasi dengan kertas dan komputer lebih banyak daripada dengan manusia.
Ada seorang teman yang kebetulan posisinya sebagai pewawancara/pencari data bertanya, “bosen gak sih? Jauh-jauh lintas propinsi tapi hanya tahu di basecamp saja?”
Mungkin terlihat kasihan kali ya. Tapi yang saya rasakan justru sebaliknya. Saya sangat menikmati pekerjaan ini. Bahkan bertemu dengan benda-benda mati tersebut ternyata tidak beda asyiknya ketika ngobrol dengan teman. Saya sangat enjoy ketika melakukannya.
Mungkin, saya lebih menyukai bekerja di belakang layar dibandingkan menjadi aktrisnya kali ya..

Dua sketsa itu hanyalah sebuah contoh.
Bahwa ukuran bersahabat dengan diri sendiri bukanlah suatu ilmu pasti. Masing-masing manusia mempunyai kecenderungan yang berbeda-beda. Ketika dia menjadi penulis, bukan berari dia tidak bisa menjadi artis. Tapi lebih kepada, sang penulis tidak enjoy ketika menjadi artis. Begitu juga sebaliknya.

Hobby..
Suatu kegiatan yang menjadi kegemaran kita. Dengan melakukan kegiatan itu, kita akan memperoleh kepuasan tertentu, yang efeknya akan membuat perasaan menjadi gembira. Hobby adalah bagian dari kesukaan kita.
Hobby bisa membuat seseorang maniak sekali, bisa sangat beragam dan lebih dari satu. Namun antara hobby dan kesukaan akan berkaitan.

Sketsa :
Dulu, saya pernah merasa aneh ketika seorang teman saya berkata hobbynya adalah makan bakso. Saya pikir, asal tulis saja ini anak. Bakso? Ah biasa saja. Siapa yang tidak doyan. Sebagian besar orang kenal dan doyan bakso.

Namun, setelah saya amati, ternyata dia berbeda. Setiap ada kesempatan mengunjungi kota-kota lain, teman saya selalu menyempatkan mencari warung bakso. Dia tidak sekedar makan untuk mengisi perut yang lapar. Namun, dia membedakan rasa bakso di se tiap daerah.
Ada fungsinya juga, hobby ini. Terjadi ketika di sebuah daerah jawabarat, dia makan di sebuah warung bakso yang tertulis “bakso solo” sebagai brand-nya, dia komplain ke abang tukang baksonya. Karena rasa bakso solo tidak seperti yang dia rasakan. Yah, ternyata yang masak bukan orang solo asli. Sebaliknya ketika dia makan bakso di kota solo sendiri , dia komplain kenapa rasa baksonya seperti masakan sunda? Yah, ternyata yang masak orang sunda.
Waduh..segitunya ya. Tidak boleh protes dong kita, namanya juga hobby..hihi.

Sama, ketika saya menyukai film korea ketika sedang suntuk. Bukan karena ngefans berat artisnya. Tapi, saya menyukai cara makan orang korea di film-film tersebut. Ketika sedih, sakit hati,putus asa atau patah hati, mereka akan makan banyak dan tergesa-gesa. Memang tidak dianjurkan oleh etika kesehatan dan kesopanan sih. Tapi entah kenapa saya menjadi bersemangat lagi setelah melihatnya.
Aneh? Lagi-lagi tidak boleh protes..karena ini berhubungan dengan kesukaan, hehe.


Bagaimanapun hobby dan mengetahui hal-hal yang kita sukai merupakan cara lain bersahabat dengan diri sendiri. Bayangkan..! (jangan lama-lama bayainginnya ya..hehe!)
Ketika suasana hati sedang kacau, tidak nyaman, BeTe, sumpek, dan sebagainya, kita selalu merasa “ its mybadday” atau “ aku sedang tidak baik-baik saja” atau “ you disturb me” atau kalimat negatif lainnya.
Kita butuh curhat? Silahkan, karena tujuannya membuat perasaan kita kembali baik-baik saja. Tapi kadang kita tidak punya masalah untuk dicurhatkan , tetapi kenapa perasaan kita negatif saja terasanya.

Menurut saya, hanya sekedar butuh pelepasan. Bisa melalui kegiatan berupa hobby, yang membuat perasaan menjadi free kembali.

Untuk pembaca posting ini..
Inventarisasikan hobby dan kesukaan kalian. Bisa jadi kita bisa semakin mengidentifikasi potensi diri kita. Pasti bermanfaat untuk Emotional Quotion kita. Atau bisa jadi juga bermanfaat untuk “Comersial” Quotion kita..hehe.

Kesuksesan adalah meraih apa yang sungguh-sungguh kita inginkan.

Tidak ada komentar: